Gaji Pertama Spesial Buat Bunda
Oleh : Safrizal
Kamis, 30 Juli 2008
Masih teringat dalam
ingatanku tentang kisah haru bahagiaku bersama bunda. Hari itu merupakan hari
dimana aku menerima gaji pertama ku sebagai staff pengajar disebuah sekolah
Madrasah Diniyah Awaliyah atau lebih dikenal dengan sebutan MDA (kalau sekarang
DTA). Sebuah sekolah agama yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggalku.
Banyak angan-angan yang kupikirkan menjelang menerima gaji pertamaku itu.
Walaupun tidak terlalu besar tapi kurasa cukup untuk membiayai keperluan
sekolah dan jajanku, aku tidak sabar menunggu kehadiran hari itu. Semua
keperluan sudah ku list dalam sebuah catatan kecil dibuku
sekolah, banyak sekali, dari mulai alat-alat tulis, membayar SPP, jajan selama
sebulan dan yang paling tak terlupakan adalah men-traktir pacar. (hehehehe ^_^)
***
Hari itu aku pulang
lebih awal dari jadwal sekolah biasanya. Sampai di rumah aku bergegas
meletakkan dan merapikan alat-alat sekolah dan kemudian berangkat menunaikan
aktivitasku yaitu mengajar. Tidak tahu mengapa hari itu begitu terasa
berbeda, dalam perjalanan aku memandangi catatan kecilku yang berisi keperluan
yang akan kubeli nanti saat aku menerima gaji pertamaku itu. “Wah senang
rasanya dapat membeli sesuatu dengan hasil jerih payah sendiri“ anganku. Detik,
menit dan jam berlalu tanpa terasa tepat menunjukkan pukul 17.00, menandakan
jam mengajar telah usai. Seperti biasa, kami harus menuju kantor guru untuk
berkumpul dahulu sebelum kembali ke rumah dan di sanalah pembagian honor dimulai.
Aku merasa senang sekali, kembali terbayang dalam pikiranku barang-barang yang
akan kubeli nanti, namun saat itu tidak sedikitpun dalam benakku terpikir
tentang keperluan bunda.
Selesai menerima gaji
pertamaku itu, kami diperbolehkan untuk kembali ke rumah masing-masing. Aku
mempercepat langkahku tak sabar akan segera bergegas ke toko alat-alat tulis
untuk membeli keperluan sekolahku. Namun sesampai dirumah, aku terkejut
melihat bunda yang tengah melihat dan membolak-balikkan baju-bajunya yang
sudah kusam dalam lemari pakaiannya untuk dipakai menghadiri undangan kerumah
tetangga. Ku lihat, tak satupun baju bunda yang layak dipakai untuk menghadiri
undangan, hampir semua bajunya robek pada bagian ketiak dan kainnya pun sudah
rapuh. Dengan sabar bunda menjahit satu persatu sobekan-sobekan baju tersebut
agar bisa dipakai dan tidak terlihat sobekannya. Melihat hal itu, air mataku
tak terbendung, satu persatu menetes ke pipi, aku tak tahan melihat bunda
seperti itu, kulihat kembali catatan kecilku yang berisi keperluan yang
akan kubeli, kupandangi satu persatu, ternyata tidak satupun tertera pada
catatan itu membeli hadiah untuk bunda. Air mataku semakin tak
terbendung, aku menyesal kenapa sedikitpun tidak terpikir olehku sesosok wanita
yang telah merawat dan membesarkanku, kenapa aku lebih terpikir kepada pacar
yang notabenenya tidak ada jasanya sama sekali dalam membesarkan aku. “ya
Allah, ampuni dosa hamba”.
Aku mengambil amplop
yang berisi gaji pertamaku itu, lalu bergegas pergi menuju toko baju. Aku
berniat akan kuhabiskan gaji pertamaku untuk bunda tercinta, catatan kecilku
hanya tinggal tulisan saja. Aku sudah tidak lagi terpikir untuk membeli
keperluan yang sudah aku list, yang terpikir olehku saat itu
adalah bagaimana bisa mendapatkan dan memenuhi keperluan bunda tercinta. Air
mataku terus tumpah, kutarik pedal gas dengan kencang agar cepat sampai
ke toko baju. Sesampainya di toko, aku langsung memilih baju berwarna biru
bermotif ukiran bunga dipergelangan tangan dan di daerah bawah bajunya serta
memilih jilbab putih yang penuh dengan ukiran manik-manik berwarna emas. “hmm..
kurasa ini bagus untuk bunda” benakku. Setelah semuanya sudah selesai, aku
bergegas menghidupkan sepeda motor dan kembali menuju rumah, aku merasa begitu
senang meskipun tidak bisa memenuhi keperluanku, bagiku bunda lebih penting
dari semua yang ada dicatatanku itu.
Sesampainya di rumah,
aku melihat bunda sudah bersiap-siap dengan baju yang ia jahit tadi. “maaaakkk,
STOP !! jangan pergi dulu. Aku punya kado untuk mamak, sebelum pergi buka dulu
yaa kadonya” pintaku. bunda langsung membuka kado yang telah kubawa dan
terkejut saat melihat isi kado tersebut. “subhanallah, bagus sekali bajunya,
mamak suka warnanya. Ini untuk siapa?” tanya bunda.
“kado itu aku persembahkan
khusus untuk mamak, tadi aku baru menerima gaji pertama ngajar” kataku. Senada
dengan hal itu, wajah bunda memerah dan langsung memelukku dengan erat, air
matanya tumpah membasahi jilbab yang telah ia kenakan. Aku tak tahan menyimpan
air mataku. tangis bahagia tumpah memenuhi ruang kamar di mana bunda biasa
memakai pakaiannya. Aku tak sabar ingin melihat bunda mengenakan baju yang
kubeli, cepat-cepat kupinta bunda untuk mengganti pakaiannya yang kusam itu
dengan pakaian yang baru kubeli. Bunda kelihatan begitu bahagia, tak
henti-hentinya bunda mengucapkan terima kasih kepada ku, “suwon yo le.. wong
keperluan mu esek akeh kok malah nukokke baju mamak ee[1]”kata bunda
dengan bahasa jawanya yang khas. Selesai ganti baju, aku langsung menghantar
bunda ke tempat undangan. Kini bundaku jauh terlihat lebih anggun dibanding
dengan pakaiannya tadi. “maafkan aku bunda yang hampir saja melupakanmu,”
kataku dalam hati.
Hari itu terasa begitu
berbeda, aku baru saja belajar tentang arti sebuah kasih sayang yang
sesungguhnya, semua penting untuk dicukupi. Namun jauh lebih penting untuk
membuat hati bunda bahagia. tangis bahagia yang terluapkan membuatku kembali
bersemangat saat aku jatuh dalam kelalaian. Terimakasih bunda. Karya ini khusus
aku persembahkan dihari ulang tahun bunda yang ke 51.
Nama : Safrizal
Nama Pena : Rizal Alfarisi
Alamat : Jl. Swakarya IX,
Pondokan Salman Camp.
HP
: 085271610068
FB
: Rizal Sauki Alfarisi
Email : safri.muslim91@gmail.com
Tidak ada komentar :
Posting Komentar