Total Tayangan Halaman

Sabtu, 23 November 2013

Flash True Story



Gaji Pertama Spesial Buat Bunda
Oleh : Safrizal

Kamis, 30 Juli 2008
Masih teringat dalam ingatanku tentang kisah haru bahagiaku bersama bunda. Hari itu merupakan hari dimana aku menerima gaji pertama ku sebagai staff pengajar disebuah sekolah Madrasah Diniyah Awaliyah atau lebih dikenal dengan sebutan MDA (kalau sekarang DTA). Sebuah sekolah agama yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggalku. Banyak angan-angan yang kupikirkan menjelang menerima gaji pertamaku itu. Walaupun tidak terlalu besar tapi kurasa cukup untuk membiayai keperluan sekolah dan jajanku, aku tidak sabar menunggu kehadiran hari itu. Semua keperluan sudah ku list dalam sebuah catatan kecil dibuku sekolah, banyak sekali, dari mulai alat-alat tulis, membayar SPP, jajan selama sebulan dan yang paling tak terlupakan adalah men-traktir pacar. (hehehehe ^_^)
***
Hari itu aku pulang lebih awal dari jadwal sekolah biasanya. Sampai di rumah aku bergegas meletakkan dan merapikan alat-alat sekolah dan kemudian berangkat menunaikan aktivitasku yaitu mengajar.  Tidak tahu mengapa hari itu begitu terasa berbeda, dalam perjalanan aku memandangi catatan kecilku yang berisi keperluan yang akan kubeli nanti saat aku menerima gaji pertamaku itu. “Wah senang rasanya dapat membeli sesuatu dengan hasil jerih payah sendiri“ anganku. Detik, menit dan jam berlalu tanpa terasa tepat menunjukkan pukul 17.00, menandakan jam mengajar telah usai. Seperti biasa, kami harus menuju kantor guru untuk berkumpul dahulu sebelum kembali ke rumah dan di sanalah pembagian honor dimulai. Aku merasa senang sekali, kembali terbayang dalam pikiranku barang-barang yang akan kubeli nanti, namun saat itu tidak sedikitpun dalam benakku terpikir tentang keperluan bunda.
Selesai menerima gaji pertamaku itu, kami diperbolehkan untuk kembali ke rumah masing-masing. Aku mempercepat langkahku tak sabar akan segera bergegas ke toko alat-alat tulis untuk membeli keperluan sekolahku. Namun  sesampai dirumah, aku terkejut  melihat bunda yang tengah melihat dan membolak-balikkan baju-bajunya yang sudah kusam dalam lemari pakaiannya untuk dipakai menghadiri undangan kerumah tetangga. Ku lihat, tak satupun baju bunda yang layak dipakai untuk menghadiri undangan, hampir semua bajunya robek pada bagian ketiak dan kainnya pun sudah rapuh. Dengan sabar bunda menjahit satu persatu sobekan-sobekan baju tersebut agar bisa dipakai dan tidak terlihat sobekannya. Melihat hal itu, air mataku tak terbendung, satu persatu menetes ke pipi, aku tak tahan melihat bunda seperti  itu, kulihat kembali catatan kecilku yang berisi keperluan yang akan kubeli, kupandangi satu persatu, ternyata tidak satupun tertera pada catatan itu membeli hadiah untuk  bunda. Air mataku semakin tak terbendung, aku menyesal kenapa sedikitpun tidak terpikir olehku sesosok wanita yang telah merawat dan membesarkanku, kenapa aku lebih terpikir kepada pacar yang notabenenya tidak ada jasanya sama sekali dalam membesarkan aku.  “ya Allah, ampuni dosa hamba”.

Aku mengambil amplop yang berisi gaji pertamaku itu, lalu bergegas pergi menuju toko baju. Aku berniat akan kuhabiskan gaji pertamaku untuk bunda tercinta, catatan kecilku hanya tinggal tulisan saja. Aku sudah tidak lagi terpikir untuk membeli keperluan yang sudah  aku list, yang terpikir olehku saat itu adalah bagaimana bisa mendapatkan dan memenuhi keperluan bunda tercinta. Air mataku terus tumpah,  kutarik pedal gas dengan kencang agar cepat sampai ke toko baju. Sesampainya di toko, aku langsung memilih baju berwarna biru bermotif ukiran bunga dipergelangan tangan dan di daerah bawah bajunya serta memilih jilbab putih yang penuh dengan ukiran manik-manik berwarna emas. “hmm.. kurasa ini bagus untuk bunda” benakku. Setelah semuanya sudah selesai, aku bergegas menghidupkan sepeda motor dan kembali menuju rumah, aku merasa begitu senang meskipun tidak bisa memenuhi keperluanku, bagiku bunda lebih penting dari semua yang ada dicatatanku itu.
Sesampainya di rumah, aku melihat bunda sudah bersiap-siap dengan baju yang ia jahit tadi. “maaaakkk, STOP !! jangan pergi dulu. Aku punya kado untuk mamak, sebelum pergi buka dulu yaa kadonya” pintaku. bunda langsung membuka kado yang telah kubawa dan terkejut saat melihat isi kado tersebut. “subhanallah, bagus sekali bajunya, mamak suka warnanya. Ini untuk siapa?” tanya bunda.
“kado itu aku persembahkan khusus untuk mamak, tadi aku baru menerima gaji pertama ngajar” kataku. Senada dengan hal itu, wajah bunda memerah dan langsung memelukku dengan erat, air matanya tumpah membasahi jilbab yang telah ia kenakan. Aku tak tahan menyimpan air mataku. tangis bahagia tumpah memenuhi ruang kamar di mana bunda biasa memakai pakaiannya. Aku tak sabar ingin melihat bunda mengenakan baju yang kubeli, cepat-cepat kupinta bunda untuk mengganti pakaiannya yang kusam itu dengan pakaian yang baru kubeli. Bunda kelihatan begitu bahagia, tak henti-hentinya bunda mengucapkan terima kasih kepada ku, “suwon yo le.. wong keperluan mu esek akeh kok malah nukokke baju mamak ee[1]kata bunda dengan bahasa jawanya yang khas. Selesai ganti baju, aku langsung menghantar bunda ke tempat undangan. Kini bundaku jauh terlihat lebih anggun dibanding dengan pakaiannya tadi. “maafkan aku bunda yang hampir saja melupakanmu,” kataku dalam hati.
Hari itu terasa begitu berbeda, aku baru saja belajar tentang arti sebuah kasih sayang yang sesungguhnya, semua penting untuk dicukupi. Namun jauh lebih penting untuk membuat hati bunda bahagia. tangis bahagia yang terluapkan membuatku kembali bersemangat saat aku jatuh dalam kelalaian. Terimakasih bunda. Karya ini khusus aku persembahkan dihari ulang tahun bunda yang ke 51.




Nama               : Safrizal
Nama Pena      : Rizal Alfarisi
Alamat             : Jl. Swakarya IX, Pondokan Salman Camp.
HP                   : 085271610068
FB                    : Rizal Sauki Alfarisi
Email                : safri.muslim91@gmail.com


Tidak ada komentar :

Posting Komentar