BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang dasar
Negara Republik Indonesia
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peningkatan mutu pendidikan diartikan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia
seutuhnya melalui olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olahraga. Melalui keempat komponen itu
dimaksudkan agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. peningkatan relevansi pendidikan
dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
berbasis potensi sumber daya Alam indonesia.
Dewasa ini banyak sekali ditemukan berbagai pengembangan sistem dari
sebuah pengajaran. Hal ini dapat dilihat dari beberapa peningkatan atau
pelebaran kurikulum yang mungkin pemerintah berusaha untuk membuat sebuah
perubahan konsep untuk meningkatkan taraf pendidikan Indonesia . Namun justru hal ini
semakin membuat semua tenaga pendidik menjadi kebingungan dalam meneruskan
program pemerintah terutama pada pelaksanaannya. Oleh sebab itu perlu adanya
perbandingan dan pengamatan yang sesuai dengan standar baku kurikulum dengan
kurikulum yang dipakai di SD
agar terjadi keselarasan dan keseimbangan.
B. Tujuan
Sebagai mahasiswa terutama sebagai seorang calon guru kita harus
mengetahui bagaimana pola perkembangan dan penggunaan kurikulum baku dengan kurikulum yang ada di SD. Jadi, adapun tujuan
dari adanya observasi dan wawancara mengenai perbandingan kurikulum baku dengan kurikulum yang
ada di SD adalah sebagai berikut :
ü
Membekali mahasiswa mengenai penerapan kurikulum
yang nantinya akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
ü
Memberikan pemahaman kepada Mahasiswa untuk
lebih memahami kepentingan mengajar yang berdasarkan pada kurikulum
ü
Sebagai acuan program pembelajaran sebagai basic
dasar seorang guru sehingga membantu mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan
dalam PBM
ü
Memfasilitasi mahasiswa dalam pengetahuan
kurikulum serta penerapannya di SD
BAB II
PEMBAHASAN DAN PELAPORAN HASIL
OBSERVASI DAN WAWANCARA
DI SD 038 BALAM SEMPURNA
1.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Dengan kata lain, kurikulum adalah serangkaian kegiatan ataupun sejumlah
proses dalam pembelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal
sampai akhir dengan berbagai halangan dan rintangan tertentu untuk memperoleh sebuah penghargaan (Ijazah).
Adapun pengertian kurikulum menurut beberapa Ahli. Pengertian kurikulum
adalah sebagai berikut :
- Henry C Morrison
Kurikulum adalah penjelasan mengenai petunjuk tanpa referensi untuk tata
cara atau pengertian secara
intruksional.
- B. Othanel
Kurikulum adalah urutan pengalaman potensi didirikan disekolah tujuan
mendisiplinkan anak-anak dalam berkelompok secara bertindak dan berpikir
- L. Thomas Hupkins
Kurikulum adalah desain yang dibuat oleh semua orang yang paling erat
berkaitan dengan aktivitas kehidupan anak sementara mereka berada di sekolah.
- Edward A. Kurg
Kurikulum adalah semua pengalaman pembelajaran dibawah arahan sekolah.
- Hilda Taba
Kurikulum adalah
rencana untuk belajar, karena itu apa yang diketahui tentang proses
pembelajaran dan pengembangan individu telah menuntut pembentukan kurikulum.
- Mauritz Johnshon, Jr.
Kurikulum adalah serangkaian hasil belajar yang terstruktur
B. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum disetiap satuan pendidikan menggunakan prinsip
sebagai berikut :
a.
Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi,
perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang ada
dalam dirinya.
b.
Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar pembelajaran,
yaitu Learning to know, learning to be, Learning to live together dll
c.
Pelaksanaan kurikulum dilaksanakan untuk memberikan pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan atau percepatan sesuai dengan potensi.
d.
Kurikulum dilaksanakan dalam hubungan peserta didik dan
pendidik.
e.
Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multi strategi dan multimedia.
f.
Kurikulum digunakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah
yang ada didaerah setempat.
g.
Kurikulum dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan.
C. Struktur baku Kurikulum SD/MI
Struktur baku kurikulum di SD meliputi
substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 6
tahun. Struktur kurikulum SD disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan
standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut :
1)
Kurikulum
SD memuat 8 mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri.
2)
Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan IPA terpadu dan IPS terpadu.
3)
Pembelajaran pada kelas 1 S.D III dilaksanakan melalui
pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV s.d VI dilaksanakan melalui
pendekatan mata pelajaran.
4)
Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit
5)
Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua
semester) adalah 34-38 minggu.
D. Beban Belajar dan Alokasi waktu
Satuan pendidikan SD melaksanakan program pendidikan dengan menggunakan
sistem paket. Beban belajar diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar
sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Beban belajar
dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk
mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses
interaksi antara peserta didik dan pendidik. Beban belajar tatap muka per jam
pada jenjang pendidikan dasar adalah 35 menit. Untuk jumlah tatap muka
perminggu nya pada kelas 1 s.d III adalah 29 s.d 32 jam, sedangkan untuk kelas
IV s.d VI adalah 34 jam pembelajaran.
Dalam beban belajar untuk setiap jenjang juga memiliki waktu untuk
penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik
pada jenjang SD adalah maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari
mata pelajaran yang bersangkutan.
2. PELAPORAN HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA DI
SD 038 BALAM SEMPURNA
A.
Penggunaan
dan penerapan Kurikulum di SD
Pengembangan kurikulum yang beragam mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan. Undang-undang republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas dan peraturan pemerintah nomor
19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan mengamanatkan KTSP sebagai kurikulum yang
digunakan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh satuan
pendidikan dengan mengacu pada standar isi dan standar kelulusan.
Penggunaan kurikulum ini pada dasarnya di komandoi oleh pemerintah dan
pada saat ini kurikulum yang dipakai pada jenjang pendidikan baik SMP,SMA dan
Khusunya SD menerapkan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan sebagai kurikulum
yang akan menjadi dasar dalam proses pembelajaran.
Penggunaan kurikulum ini tidak semua berjalan lancar, ada beberapa
kendala seorang guru dalam menerapkan kurikulum ini, kendala-kendala tersebut
dapat berupa keterbatasan dari media ataupun faktor internal dari masing-masing
daerah.
B. Persamaan dan Perbedaan Isi dan pengelolaan
KTSP Dengan Kurikulum Baku .
Pada dasarnya sebuah kurikulum itu disusun berdasarkan atas
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, baik dari segi standar isi, pola
pengembangan dan prinsip pelaksanaan serta penerapannya. Namun, ada sedikit
perbedaan yang mungkin tidak begitu signifikan karena setiap kurikulum disusun
berdasarkan pada kurikulum yang baku .
Berikut akan kami tampilkan beberapa persamaan dan perbedaan yang terdapat
antara kurikulum baku
dan Kurikulum KTSP.
a. Persamaan Kurikulum Baku dan Kurikulum KTSP
§
Berlandaskan pada Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas dan peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005
§
Terdiri dari 5 struktur dan muatan mata
pelajaran yaitu : kelompok mata pelajaran agama dan Akhlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika,
serta jasmani dan olahraga.
§
Pola pengembangannya didasarkan atas aspek yang
sama yaitu berdasarkan pada potensi serta kebutuhan, beragam dan terpadu,
menyeluruh, relevan serta belajar sepanjang hayat.
§
Memiliki jumlah alokasi waktu yang sama yaitu 35
menit
§
Memiliki acuan operasional yang berlandaskan
pada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh BSNP.
§
Pola
acuan operasinal pada kurikulum KTSP sudah begitu sedikit dikembangkan seperti
ada beberapa poin yang kami lihat yaitu KTSP mengacu pasa pola perkembangan
lokal dan global, sedangkan pada kurikulum baku tidak ada ditemukan.
b. Perbedaan Kurikulum baku dan Kurikulum KTSP
§
Dalam prinsip acuan Opresionalnya pada KTSP
terdapat adannya pendidikan berbasis keunggulan global dan Lokal yang menuntut
untuk para siswa menemukan sendiri pengetahuan baru.
§
Pengembangannya dilakukan tidak memperhatikan
daerah-daerah yang memang kekurangan alat peraga, sedangkan pada kurikulum baku pengambangannya tetap
memperhatikan masing-masing potensi daerah
§
Pada KTSP terdapat banyak sekali undang-undang
yang mengatur dalam penetapan sehingga hal ini memungkinkan ketidaksetaraan
dalam penerapannya.
C. Penerapan KTSP di SDN 038 balam Sempurna
Pada dasarnya sistem penerapan dan pelaksanaan kurikulum baku dengan KTSP yang merupakan sebuah
kurikulum yang populer saat ini adalah sama, terutama hasil pengamatan yang
telah kami lakukan selama 3 hari di SDN 038 balam sempurna. Yang membedakan
adalah dari segi penggunaan alokasi waktu dan proses kegiatan pengembangan diri
yang terdapat pada sekolah tersebut.
Berikut ini akan kami paparkan
tentang perbedaan dalam penggunaan alokasi waktu dan kegiatan
pengembangan diri.
- Alokasi
Waktu jam pelajaran
Dari hasil wawancara dan observasi yang kami terima dan peroleh, ada 2
faktor ataupun alasan yang tentang adanya penambahan alokasi waktu pada mata
pelajaran khusus, namun perlu diketahui adanya penambahan jam ini tidak pula
mengurangi ataupun justru menambah jumlah seluruh jam tatap muka perminggu nya.
Berikut akan kami paparkan 2 alasan yang kami lansir dari Wali Kelas sekaligus
Guru Kelas IV SDN 038 balam Sempurna.
·
Pencapaian target ketuntasan belajar
Pencapaian target merupakan sebuah hal yang sangat sering kita ketahui
dari sebuah perencanaan program. Ketika kami menanyakan tentang alasan tersebut
kami menarik sebuah kesimpulan bahwasannya pencapaian target ketuntasan
belajar kerap sekali hubungannya dengan UASBN, yang
mungkin tidak terasa akan menghampiri murid-murid kelas VI. Ini merupakan
sebuah mosi yang sangat wajar tentunya karena seorang guru juga harus
mewanti-wanti keberhasilan dan kelulusan dari para siswa-siswinya.
Untuk mencapai sebuah ketuntasan belajar, guru memberikan adanya
penambahan jam khusus pada
mata pelajaran tertentu yang akan di UASBN kan contohnya matematika, Bahasa
Indonesia, IPA dan IPS. Keempat mata pelajaran inilah yang mendapatkan
penambahan jam.
Menurut Guru kelas VI SDN 038 dituturkan “ penambahan jam ini sama sekali tidak ada unsur untuk memporsis belajar
dan daya pikir anak, terkadang saya juga melihat kondisi anak didik saya. Kita
juga tidak bisa memaksakan anak untuk menuntaskan materi ini. Tapi ini hanya
sebuah target, kalaupun tidak bisa kita juga memanfaatkan les sore sebagai
tambahan belajar siswa.” Tuturnya.
Dari pemaparan diatas kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa seorang
guru harus dituntut kreatif dan faham terhadap kondisi pisik anak, sebab
keberhasilan dan ketuntasan belajar hanya akan dapat dicapai dengan adanya
sinkronisasi ataupun kerjasama yang baik antara pendidik dan peserta didik.
Selain itu, menurut pemaparan beliau juga disebutkan “tidak menjadi beban siswa sebenarnya, ini
merupakan beban guru untuk berpikir secara realistis bagaimana mencapai target
tersebut. Dan perlu diketahui, adanya penambahan jam tersebut tidak mengurangi
ataupun menambah jumlah keseluruhan dan mereka juga diberikan istirahat,
olahraga, kegiatan extra dan kegiatan lainnya yang terkadang tanpa disadari itu
semua akan membuat anak didik kita refresh”. Ucapnya.
Untuk mencapai sebuah keinginan yang besar kita tidak bisa memaksakan
kehendak, karena hal itu percuma saja hanya akan membuat kegagalan yang besar.
Kejelian seorang guru sangatlah dibutuhkan dalam sebuah proses pembelajaran.
Kita juga harus bisa membagi waktu dan memberikan hak-hak anak didik agar
tercipta keselarasan. Sebagai mana yang di ungkapkan oleh guru kelas “ saya juga memberikan hak-hak anak didik
untuk berkarya dan berolahraga. Tidak bagus juga kalau kita memaksakan
kehendak. Dalam penambahan waktu ini terkadang saya me-change atau menukar jam,
sehingga anak tidak bosan. contohnya minggu ini jam untuk matematika 7 jam,
Bahasa Indonesianya 5 jam, ya begitulah sebaliknya”. Ungkapnya
Jadi, dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa, untuk mencapai sebuah target pencapaian hasil belajar
kita juga tidak harus terfokus pada yang baku, terkadang kita bisa menambah
atau bahkan justru mengurang. Karena ketika kita mengajar yang terpenting
disini adalah bagaimana kelihaian kita dalam mengolah waktu dan memenage kelas
menjadi sebuah kelas yang kondusif aman dan nyaman.
Berikut ini tampilan tabel alokasi waktu yang dipakai SDN 038 terkait dengan penggunaan waktu dan
tabel Alokasi waktu pada Kurikulum baku :
1. Tabel Kurikulum baku
Komponen
|
Kelas dan Alokasi Waktu
|
A. Mata pelajaran
|
VI (Enam) dan Jam
|
1. Pendidikan
Agama
|
3
|
2. Pendidikan
Kewarganegaraan
|
2
|
3. Bahasa
Indonesia
|
5
|
4. Matematika
|
5
|
5. Ilmu
Pengetahuan Alam
|
4
|
6. Ilmu
Pengetahuan Sosial
|
3
|
7. Seni budaya
dan Keterampilan
|
3
|
8. Pendidikan
jasmani dan Olahraga
|
4
|
B. Muatan Lokal
|
4
|
C. Pengembangan Diri
|
2*
|
Jumlah
|
32
|
2.
Tabel Kurikulum yang diterapkan Di SDN 038
Komponen
|
Kelas dan Alokasi Waktu
|
A. Materi Pelajaran
|
VI (Enam) dan jam
|
1. Pendidikan Agama
|
3
|
2. pendidikan Kewarganegaraan
|
3
|
3. Bahasa Indonesia
|
5*
|
4. Matematika
|
7*
|
5. Ilmu Pengetahuan Alam
|
5
|
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
|
5
|
7. Seni Budaya dan Keterampilan
|
3
|
8. Pendidikan jasmani & Olahraga
|
3
|
B. Muatan Lokal
|
|
1. Arab Melayu
|
2
|
2. Bahasa Inggris
|
2
|
Jumlah
|
38
|
Nb. Warna biru
menandakan adanya penambahan pada Jam pelajaran
Warna Merah
menandakan adanya pengurangan Jam pelajaran
Tanda
* menandakan terkadang ada pe-changean waktu
·
Peningkatan
pemahaman siswa
Tujuan yang kedua dari adanya
penambahan jam pada mata pelajaran khusus ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman siswa mengenai pelajaran yang diajarkan disekolah. Hal ini dulakukan
oleh guru karena melihat kondisi tingkat pendidikan orang tua yang sebagian
besar hanya tamat SD, sehingga terkadang orang tua tidak begitu peduli tentang
sekolah, ilmu yang didapat dan pengetahuan anaknya sendiri. Disinilah guru
mengambil sebuah kebijakan untuk
menambah jam pelajaran. Selain itu, faktor ekonomi juga tidak mendukung
sehingga orang tua begitu tidak peduli dengan dunia pendidikan mereka Cuma
berpikir bahwa tamat SD saja sudah cukup, padahal pendapat itu merupakan
pendapat yang salah, yang harusnya tidak ada dalam pemikiran orang tua.
Kekurangan tenaga Les Private
juga sangat minim dan kurang sekali peminat dari adanya les private tersebut.
Seperti yang dipaparkan oleh guru kelas VI SDN 038 “ya guru harus bertindak, penambahan ini merupakan sebuah program untuk
menambah pengetahuan anak didik. Karena kita ketahui sendiri banyak sekali
faktor yang membuat kami seperti ini, padahal potensi anak-anak disini cukup
lumayan bagus. Faktor itu bisa dari segi tingkat pendidikan orang tua yang
rendah, faktor ekonomi, kurang sadar tentang pentingnya pendidikan, ya banyak
lagi.” Ucapnya.
Sangat miris sekali ketika masyarakat sudah tidak
mau peduli lagi tentang dunia pendidikan. Ini merupakan tugas guru dalam
membina generasi muda yang sadar akan pendidikan.
b.
Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan
diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan bakat minat dan
kebutuhan peserta didik, berdasarkan data yang kami peroleh pengembangan diri
yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah sebagai berikut :
· Mading Kreasi
Mading
Kreasi adalah sekumpulan informasi dan karya-karya dari peserta didik yang
tertempel pada papan yang khusus untuk mengembangkan bakat dan sekaligus
merealisasikan pelajaran-pelajaran tertentu yang diproses melalui
pemilihan-pemilihan karya terbaik, mulai dari kelas rendah sampai kelas tinggi.
Mading umum ini menampung puisi-puisi
serta lukisan-lukisan dari peserta didik yang di pilih oleh guru setiap 15 hari
sekali. Dan sebelum pemilihan-pemilihan dilakukan karya-karya anak didik di
pajangkan terlebih dahulu pada mading kelas. Hal ini dilakukan supaya ada rasa
nya kepuasan tersendiri bagi peserta didik. Tujuan mading ini adalah mengasah
bakat dan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa.
· Kegiatan Pengembangan Olahraga
Kegiatan
ini merupakan alternatif kedua dalam proses pengembangan diri siswa, dari sini
juga dapat diperoleh data mengenai bakat peserta didik dibidang olahraga.
Pengembangan di bidang olahraga ini langsung dibawah naungan guru olahraga,
pada kegiatan ini peserta didik juga dikembangkan bakatnya melalui
latihan-latihan olahraga dan sebagainya.
· Apotik Hidup
Kegiatan
pengembangan yang ketiga ini mengacu pada bakat siswa untuk dibidang pertanian
dan perkebunan. Dari sini nantinya bakat-bakat pertanian siswa akan terlihat.
Khusus
untuk kegiatan pengembangan diri ini, sekolah membuat hari khusus untuk
pengembangan diri siswa. Kegiatan pengembangan diri ini biasa dilakukan pada
hari sabtu setelah selesai jam pertama dan jam kedua, hal ini dilakukan karena
pada kegiatan pengembangan diri ini membutuhkan waktu extra dalam
melaksanakannya. Pada hari sabtu ini peserta didik bebas memilih kegiatan mana
yang benar-benar ia sukai dan minati sesuai dengan bakatnya.
D.
Kendala-Kendala dalam Penerapan Kurikulum
KTSP
Kendala-kendala dalam sebuah penerapan
kurikulum KTSP yang kami peroleh dari hasil wawancara dengan wali Kelas VI SDN
038 adalah sebagai berikut :
1.
Kurikulum KTSP dituntut untuk menemukan
Seperti
yang telah kita ketahui bersama bahwa pada kurikulum KTSP terdapat adanya
pengembangan dalam sebuah prosesnya yaitu siswa dituntut untuk menemukan
sendiri. Untuk menemukan sendiri tersebut, tentunya sebuah sekolah harus
mempunyai fasilitas yang lengkap karena itu juga merupakan salah satu faktor
pendukung dalam proses pembelajaran. Selain itu, faktor pendukung siswa untuk
maju juga kurang hal ini disebabkan oleh faktor internal baik lingkungan,
maupun keluarga.
Solusi
yang kami tawarkan ketika menanggapi permasalahan ini adalah sebagai berikut :
a. Menerapkan sistem pembelajaran yang aktif
kreatif dan menyenangkan dengan memperhatikan seluruh kemauan dan potensi yang
dimiliki anak didik.
b. Memperagakan langsung materi dengan sebuah
hal-hal yang konkrit sehingga anak dapat langsung menangkap apa tujuan dan
maksud dari sebuah pembelajaran.
2.
Kurangnya media dan Alat peraga
Media
dan alat peraga merupakan dua pokok penting dalam proses pembelajaran. Dengan
media kita bisa mengetahui secara jelas maksud dan tujuan dari materi yang
ditujukan oleh guru, sedangkan alat peraga kita dapat melihat secara konkrit
dan nyata tentang sesuatu. Kurangnya media dan alat peraga ini merupakan sebuah
kendala dalam penerapan kurikulum KTSP.
Solusi yang kami tawarkan ketika
menanggapi permasalahan tersebut adalah
- Memanfaatkan alam sebagai wahana
proses pembelajaran yang mungkin dengan ini anak juga akan lebih mengenal
tentang alam yang ada disekitarnya.
- Guru sesekali juga harus lebih
kreatif dengan menerapkan metode karyawisata yang juga bisa sesekali
mengajak anak untuk belajar di outdoor. Bisa saja melihat potensi yang ada
didaerahnya sendiri ataupun kalau mempunyai dana yang cukup guru bisa
mengajak keluar daerah untuk melihat perkembangan yang terjadi.
- Memanfaatkan Apotik hidup tidak hanya
sebagai media pengembangan diri saja tetapi juga bisa mengalihfungsikan
sebagai laboratorium IPA ataupun pertanian.
3.
Kurangnya tenaga pendidik
Guru merupakan sebuah komponen
terpenting dalam proses pendidikan. Tanpa guru sebuah sekolah tidak akan bisa
menghasilkan lulusan yang baik, sehingga kekurangan tenaga pendidik sangatlah
berpengaruh terhadap pola pendidikan.
Solusi yang kami tawarkan dari
sebuah masalah ini adalah : memanfaatkan orang sekitar dengan mendayagunakan
orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu, sehingga ada yang membantu guru
dalam memaparkan pengetahuan tentang sesuatu yang baru.
4.
Jauh dari sumber energi listrik sehingga
penerapan alat teknologi
tidak memungkinkan.
Peralatan teknologi juga
merupakan faktor pendukung dalam proses pembelajaran contohnya adalah komputer
yang membutuhkan arus listrik. Aliran arus listrik salah satu penyebab utama
kendala dalam penerapan KTSP yang berbasis teknologi.
Dalam menanggapi kendala ini,
kami tidak bisa memberikan solusi kami hanya mengatakan dan mendoakan supaya
cepat teraliri listrik, karena itu lah satu-satunya jalan agar sekolah tersebut
bisa memanfaatkan komputer sebagai salah satu pelajaran yang harus diajarkan
ataupun sebagai pelajaran tambahan dalam mengenal kemajuan alat teknologi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami
ambil dari sebuah wawancara dan observasi mengenai kurikulum baku dan penerapan
kurikulum KTSP di SD adalah sebagai berikut :
-
Kurikulum
merupakan sebuah hal yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran karena ia
merupakan sebuah pedoman.
-
Penerapan
kurikulum baku dan kurikulum KTSP pada dasarnya adalah sama yang membedakan
hanyalah penerapan yang dilakukan oleh seorang guru, karena situasi kelas adalah
pengetahuan guru dan guru harus jeli dalam penyesuaian dalam penerapan
kurikulum tsb.
-
Guru
dituntut untuk lebih kreatif dalam menerapkan dan mengembangkan kurikulum
sehingga kurikulum tidak berjalan dengan sendirinya melainkan adanya
kesinambungan dengan guru.
-
Kekreatifan
guru merupakan soft skill yang sangat dibutuhkan, karena soft skill tersebut
merupakan modal utama seorang guru dalam mengolah kelas menjadi sebuah tempat
yang aman, nyaman dan kondusif
-
Guru
harus multistrategi dan mampu mengetahui potensi yang ada didaerah tempat ia
mengajar karena hal ini dapat membantu dalam proses pengembangan diri pada
siswa dengan mendayagunakan potensi yang ada didaerah sekitar.
B. SARAN
1. Mahasiswa keguruan terutama guru SD
sebaiknya sungguh-sungguh dalam mengikuti mata kuliah kurikulum sehingga kita
dapat mengetahui apa kendala dalam penerapannya
2. Membaca makalah ini dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari dalam proses pembelajaran.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar