BAB VI
INOVASI
PEMBELAJARAN TEMATIK
Pendahuluan
Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam sistem pendidikan khususnya dalam
Prinsip Pelaksanaan Kurikulum (Permendiknas No.22/2006) dinyatakan bahwa “Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi,
perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna
bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan
dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.” Selanjutnya dalam Struktur Kurikulum SD/MI
secara lebih eksplisit dikemukakan bahwa:
Struktur kurikulum
SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi
mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.
·
Kurikulum
SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri…
dst.
·
Substansi
mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS
Terpadu”.
·
Pembelajaran
pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata
pelajaran.
·
Jam
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan.
·
Alokasi
waktu satu jam pembelajaran adalah 35
menit.
·
Minggu
efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.
(Permendiknas
No.22/2006)
Pengertian
Pembelajaran Tematik
Apa
pembelajaran tematik itu?
Di lihat dari perkembangan psikologisnya seperti diteorikan oleh Piaget
bahwa peserta didik SD/MI dengan rentang usia 6 s.d 12 tahun berada pada
tingkat operasi konkrit (concrete operation) dan awal dari operasi formal (formal operation)
yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkrit yang mengarah/mulai berkembangnya
berpikir abstrak yang terbatas. Dilihat dari lingkungan kehidupannya seperti
dikonsepsikan oleh Paul R. Hanna dalam model
pembelajaran lingkungan semakin meluas (expanding environment),
peserta didik SD/MI berada dalam lingkup komunitas dan sosial budaya, rumah,
sekolah dan lingkungan sekitar (lingkungan desa sampai dengan lingkungan
negara).
Dengan mempertimbangkan perkembangan psikologis dan lingkup interaksi
sosial budaya peserta didik maka telah ditetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan
kurikuler di SD/MI dibagi dalam 2 penggalan. Penggalan pertama terdiri atas kelas-kelas rendah (lower primary),
yakni kelas I, II dan III, dan penggalan kedua terdiri atas kelas yang lebih tinggi (upper
primary), yakni Kelas IV, V dan VI. Untuk kelas-kelas rendah kegiatan
kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran tematik, sedangkan untuk
kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran berbasis mata pelajaran.
Tidak ada definisi tentang pembelajaran terpadu yang sama satu dengan yang
lain. Jacobs (Sa’ud, 2006) memandang pembelajaran terpadu sebagai pendekatan
kurikulum interdisipliner (interdisciplinary curriculum approach).
Pembelajaran terpadu adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran sebagai suatu proses
untuk mengaitkan dan mempadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau
antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, kebutuhan dan minat
anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga. Pada perspektif
bahasa, pembelajaran terpadu sering diartikan sebagai pendekatan tematik (thematic
approach).
Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai proses dan strategi yang
mengintegrasikan isi bahasa (membaca, menulis, berbicara, dan mendengar) dan
mengkaitkannya dengan mata pelajaran yang lain. Konsep ini mengintegrasikan
bahasa (language arts contents) sebagai pusat pembelajaran yang
dihubungkan dengan berbagai tema atau topik pembelajaran (Sa’ud, 2006).
Pembelajaran terpadu juga sering disebut pembelajaran koheren (a coherent curriculum
approach), yang memandang bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan
untuk mengembangkan program pembelajaran yang menyatukan dan menghubungkan
berbagai program pendidikan. Definisi lain tentang pendekatan terpadu
adalah pendekatan holistik (a holistic approach) yang mengkombinasikan
aspek epistemologi, sosial, psikologi, dan pendekatan pedagogi untuk pendidikan
anak, yaitu menghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi dan pribadi,
antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan.
Sedangkan, UNESCO memberikan definisi tentang pembelajaran terpadu seperti
yang dikemukakan oleh Anna Poedjadi (Karli, 2003) bahwa pengajaran terpadu
terdiri dari pendekatan-pendekatan di mana konsep dan prinsip pembelajaran
disajikan dalam satu paket pembelajaran sehingga tampak adanya satu kesatuan
pemikiran ilmiah dan fundamental.
Secara
definitif kurikulum tematik adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah
disiplin ilmu melalui pemaduan area isi, keterampilan, dan sikap (Wolfinger,
1994:133). Selanjutnya, Wolfinger (1994)
dan Suwignyo, (1996) menjelaskan bahwa pemaduan tersebut didasarkan pada
pertimbangan rasional antara lain:
1)
kebanyakan masalah
dan pengalaman termasuk di dalamnya
pengalaman belajar bersifat interdisipliner;
2)
untuk memahami,
mempelajari, dan memecahkannya diperlukan multiskill
3)
adanya tuntutan
interaksi kolaboratif yang tinggi dalam pemecahan masalah;
4)
memudahkan siswa membuat hubungan
antarskematika dan transfer pemahaman antarkonteks;
5)
demi efisiensi;
6)
adanya tuntutan keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses
pembelajaran.
Dalam pembelajaran tematik terdapat beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu:
1)
pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan utuh;
2)
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara lain
alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada
di lingkungan;
3)
usahakan pilihan tema yang terdekat dengan anak;
4)
lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema (Ahman,
dkk, 2004).
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran terpadu diantaranya sebagai berikut:
- The hidden curriculum. Anak tidak hanya terpaku pada pernyataan, atau
pokok bahasana tertentu, sangat mungkn pembelajaran yang dikembangkan
memuat pesan yang “tersembunyi” penuh bagi anak.
- Subject in the
curriculum. Perlu
dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam pemilihan pokok atau
topik belajar, waktu belajar, serta penilaian kemajuan.
- The learning environment. Lingkungan belajar di kelas memberikan kebebasan
bagi anak untuk berpikir dan kreativitas
- Views of social world.
Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan untuk pengembangan
pembelajaran di sekolah
- Values and attitude.
Anak-anak memperoleh sikap dan norma dari lingkungan masyarakat termasuk
rumah, sekolah dan panutannya, baik verbal maupun non verbal.
Keuntungan
Pembelajaran Tematik Bagi Guru dan Siswa
Keuntungan pembelajaran tematik
bagi guru antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tersedia
waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam
pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata
pelajaran.
2.
Hubungan antar mata
pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.
3.
Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan
kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau
bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan
belajar ke berbgai aspek kehidupan.
4.
Guru bebas membantu
siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang.
5. Pengembangan
masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan
diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Keuntungan pembelajaran tematik
bagi siswa antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Bisa
lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
2.
Menghilangkan batas
semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar
yang integratif.
3.
Menyediakan kurikulum
yang berpusat pada siswa – yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan
kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung
jawab pada keberhasilan belajar.
4.
Merangsang penemuan
dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
5. Membantu
siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga maningkatkan apresiasi
dan pemahaman.
Model
Pembelajaran Tematik di SD
Materi dalam kurikulum dapat
dikembangkan dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa, kesesuaian materi
dengan lingkungan, atau kebutuhan lingkungan setempat. Pengembangan materi ini
dapat dilakukan antara lain dengan membuat jaringan topik/tema, membuat bagan
arus kegiatan, dan mengembangkan jaringan lintas kurikulum.
Menurut
Fogarty (1991) dalam bukunya How To
Integrate The Curricula , ada 10 macam model pembelajaran terpadu, seperti
:
1.
Fragmented
(penggalan), model pembelajaran ini seperti pembelajaran konvensional yang
memisah-misahkan disiplin ilmu atas beberapa mata pelajaran seperti:
Matematika, IPS, PKn dan lain-lain.
2.
Connected (keterhubungan),yang
dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada
induk mata pelajaran tertentu. Misalnya butir-butir pembelajaran seperti kosa kata,
struktur, membaca dan mengarang dapat dipayungkan kedalam mata pelajaran bahasa
dan sastra indonesia.
3.
Nested (sarang), merupakan pemanduan berbagai bentuk penguasaan konsep
keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya pada satu jam
tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata
bentuk kata, makna kata dan ungkapan dengan sarana pembuahan keterampilan dalam
mengembangkan daya imajinasi, daya pikir logis, menentukan ciri bentuk dan
makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi
4.
Sequenced (pengurutan), merupakan model pemanduan topik-topik antar
matapelajaran yang berbeda secara paralel.
5.
Shared (irisan), merupakan bentuk pemanduan pembelajaran akibat adanya
overlapping konsep atau ide pada dua matapelajaran. Intinya ada mata pelajaran
yang tumpang tindih misalnya pembelajaran PKn ada termasuk pada Tatanegara,
PSPB dan sebagainya.
6.
Webbed (jaring laba-laba), bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu bahan
dan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran terpadu jaring laba-laba adalah model
pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang kecendrungan
dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi
7.
Threaded (bergalur), merupakan pendekatan
pembelajaran yang ditempuh dengan cara mengembangkan gagasan pokok yang
merupakan benang merah
8.
Iintegrated (terpadu), Model “integrated”
merupakan model pemaduan sejumlah tema (topik) pembelajaran dari mata pelajaran
yang berbeda tetapi esensinya sama dalam sebuah tema /topik tertentu. Model ini
berangkat dari adanya tumpang tindih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap
yang dituntut dalam pembelajaran sehingga perlu adanya pengintegrasian multi
didiplin. Dalam model ini butir-butir pembelajaran perlu ditata sedemikian rupa hingga
dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan
berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran berbeda. Oleh karena
itu perlu adanya tema sentral dalam
pemecahan suatu masalah yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu.
9.
Inmersed
(terbenam). Model ini dirancang untuk membantu
siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan
dihubungkan dengan medan pemakaiannya melalui penginegrasian semua data dari
setiap bidang studi dan disiplin dengan mengkaitkan gagasan-gagasan melalui
minatnya.
10.
Networked
(jaringan kerja). Model ini perpaduan pembelajaran
yang mengendalikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan
masalah,maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi
lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda.
Diantara model tersebut, yang paling cocok diterapkan dalam pembelajaran di
sekolah dasar kelas rendah adalah model Webbed.
Mengapa demikian? karena pada tahap ini siswa pada umumnya masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan, perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan
dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka
pengembangan model pembelajaran yang akan diuraikan di sini adalah model webbed. Sedangkan model connected dan integrated hanya akan dibahas sepintas untuk membedakan dengan
model webbed.
Keunggulan dan kelemahan pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu
memiliki beberapa keunggulan atau kekuatan dibandiing
model pembelajaran konvensional, diantaranya adalah:
- Mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas.
Sehingga guru dituntut untuk memiliki wawasan, pemahaman dan kreativitas
tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu pokok
bahasan dengan pokok bahasan yang lain dari berbagai mata pelajaran
- Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan
situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai
dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan dan kesiapan siswa.
Dalam kaitan ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang terjadinya
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema atau pokok
bahasan yang disampaikan
- Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal,
menerima dan menyerap dan memahami keterkaitan antara konsep, pengetahuan,
nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan.
- Menghemat waktu, tenaga, sarana dan prasarana, serta
biaya pembelajaran, disamping menyederhanakan langkah-langkah
pembelajaran.
Kelemahan dari pembelajaran terpadu:
- Dilihat dari aspek guru, model ini dituntut ketersediannya peran
guru yang memiliki pengetahuan dan wawasasn yang luas, kreativitas tinggi,
keterampilan metodologik yang handal, kepercayaan diri dan etos akademik
yang tinggi, dan berani utnuk mengemas dan mengembangkan materi.
- Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran terpadu
termasuk memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik, yang
menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif, baik dalam aspek
intelegensi maupun kreativitasnya.
- Dilihat dari aspek sarana dan prasarana atau sumber
belajar, pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber
informasi yang cukup banyak dan berguna.
- Dilihat dari aspek kurikulum, pembelajaran terpadu
memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangan. Kurikulum
harus bersifat luwes, dalam arti kurikulum yang berorientasi pada
pencapaian pemahaman siswa terhadap materi ( bukan berorientasi pada
penyampaian target materi)
- Dilihat dari sistem penilaian dan pengukurannya,
pembelajaran terpadu tersebut membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran
(obyek, indikator dan prosedur) yang terpadu dalam arti sistem yang
berusaha menetapkan keberhasilan belajar siswa dilihat dari beberapa
matapelajaranyang terkait.
Langkah Pengembangan Disain Pembelajaran Tematik
Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik itu?
Setelah kita membicarakan konsep dasar
pembelajaran tematik, mari kita kaji bersama langkah-langkah pembelajaran
tematik. Dalam pembahasan langkah-langkah pembelajaran tematik ini akan
dipaparkan tentang langkah-langkah pembelajaran tematik antarmata pelajaran di
SD/MI.
Secara umum langkah-langkah menyusun pembelajaran tematik antarmata
pelajaran sebagai berikut.
a.
mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap
mata pelajaran;
b.
membuat/memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelas dan semester;
c.
membuat matrik atau bagan hubungan
kompetensi dasar dengan tema/topik;
d.
membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan
tema;
e.
menyusun silabus berdasarkan matrik/jaringan tema pembelajaran tematik;
f.
menyusun rencana pembelajaran tematik
Berdasarkan langkah-langkah tersebut,
kita dapat menyusun rencana pembelajaran tematik untuk siswa sekolah dasar
tempat mengajar yang dituangkan dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perlu
diperhatikan bahwa dalam menyusun silabus hendaknya Anda menciptakan berbagai
kegiatan sesuai dengan tuntutan kompetensi dan tema yang sudah ditetapkan. Jika
ada kompetensi dasar yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematik
hendaknya dibuat silabus tersendiri.
- Analisis Kompetensi Dasar
NO
|
MAPEL
|
SK
|
KD
|
INDIKATOR
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Analisis Matrik
No
|
Mapel
|
KD
|
Indikator
|
Materi
|
Tingkat Kepentingan
|
||
Tidak essensial
|
Essensial
|
Sangat Essensial
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
- Membuat Matrik
No
|
Mapel
|
SK
|
KD
|
Indikator
|
Tema dan Alokasi waktu
|
|||
Diri sendiri
|
keluarga
|
Lingkungan
|
Sekolah
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
-
Bahasa IndonesiaMembaca nyaring teks (15-20) kalimat dengan memperhatikan lafat dan inotasi yang tepat

- Silabus
Bentuk silabus yang
digunakan guru bersifat fleksibel.
Guru dapat menggunakan bentuk format ke samping (matrik) atau bentuk deskripsi
(urutan ke bawah). Pemilihan bentuk silabus didasarkan pada tingkat kemudahan
penggunaannya, keterbacaannya bagi guru serta efektifitas dan efisiensinya.
Komponen silabus meliputi :
(1)
Identitas
§ Nama
Sekolah:
§ Kelas:
§ Semester:
§ Tema:
(2)
Komponen Format
§ Kompetensi Dasar (memindahkan dari Kurikulum 2006)
§ Indikator (memasukkan indikator yang telah dibuat oleh guru dan diidentifikasi yang
sesuai dan tertuang dalam jaringan indikator). Urutan penulisan indikator dalam
silabus bukan merupakan urutan penyajian dalam pembelajaran.
§ Pengalaman Belajar, berisi
pengalaman apa saja yang diperoleh siswa ketika mengikuti pembelajaran
(aktivitas belajar siswa di dalam dan di luar kelas)
§ Alokasi Waktu : disesuaikan dengan ruang lingkup indikator yang akan dibelajarkan
§ Sumber yaitu berupa buku acuan, buku pedoman guru dan buku ajar dari semua mata
pelajaran
§ Penilaian meliputi semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), penilai proses
dan hasil, baik yang berupa tes maupun non tes, termasuk di dalamnya
portofolio.
Contoh Format Silabus dan
Penilaian Pembelajaran Tematik
Mata
Pelajaran
|
Kompetensi
Dasar dan
Indikator
|
Hasil Belajar
|
Pengalaman Belajar
|
Alokasi
Waktu
|
Sumber
Bahan
|
Penilaian
|
Tuliskan
Mata pelajaran yang
ditematik-
kan
|
Pindahkan
dari Kurikulum
|
Masukan hasil belajar yang
diharapkan
|
Pengalaman yang diperoleh
di luar dan dalam kelas
|
Dalam menit
|
Buku, Jurnal, Media yang
relevan
|
Bentuk, dan jenis
|
6. Menyusun
rencana pembelajaran tematik
Penyusunan
Rencana Pembelajaran (RP) merupakan
kegiatan guru secara individu yang terdistribusi dalam rencana pembelajaran
harian. Rencana Pembelajaran ini dapat memuat beberapa kali pertemuan (misalnya
RP dibuat per minggu yang di dalamnya ada pertemuan 1, 2, 3 sampai pertemuan ke
6). Atau diserahkan kepada guru sesuai dengan kondisi, karakteristik, kemampuan
siswa yang dihadapi sehari-hari.
Contoh
Format Rencana Pembalajaran Tematik
RPP PERTEMUAN PERTAMA ( 4 x 35’)
TEMA : MATAHARIKU
SUB TEMA :
MENGENAL MATAHARI
KELAS 2 SEMESTER 2
I.
KOMPETENSI DASAR
1. Bahasa Indonesia
Membaca
7.1 Membaca nyaring teks (15-20) kalimat dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat
2.
Matematika
2.1 Menggunakan alat ukur waktu dengan
satuan jam (Mengulang materi semester 1 sebagai prasarat pembelajaran)
3.
IPA
4.1 Mengidentifikasi kenampakan
matahari pada pagi, siang dan sore hari
II. INDIKATOR
1. Bahasa Indonesia
- Membaca
lancar dengan pemahaman teks
- Menjawab
pertanyaan berdasarkan isi teks
2. Matematika
- Membaca
jam analog
- Membuat
jam analog
3. IPA
- Menyebutkan
ciri-ciri matahari
- Menjelaskan
kedudukan matahari pada pagi, siang dan sore hari
III. TUJUAN
PEMBELAJARAN
- Membaca
lancar dengan pemahaman teks
-
Menjawab pertanyaan
berdasarkan isi teks
- Membaca
dan membuat jam analog
- Menyebutkan
ciri-ciri matahari
-
Menjelaskan
perbedaan siang dan malam yang terjadi di belahan bumi
IV. LANGKAH KEGIATAN
A. KEGIATAN
AWAL (15 menit)
|
|
1
|
Mengkondisikan
siswa dalam situasi belajar yang kondusif
|
2
|
Membaca doa dipimpin oleh ketua
kelas dan mengucapkan salam kepada guru
|
3
|
Mengecek kehadiran siswa
|
4
|
Memberikan
motivasi kepada siswa dengan bertanya tentang kegiatan pagi hari sebelum
berangkat ke sekolah
|
5
|
Menyanyikan lagu “Bangun Tidur”
|
6
|
Menyampaikan tema dan sub tema
serta tujuan pembelajaran hari ini kepada siswa dengan bahasa yang mudah
dipahaminya
|
B.
KEGIATAN INTI ( 125 menit)
|
|
7
|
Siswa membuka bahan ajar halaman
1, kemudian membaca nyaring secara serempak bacaan yang berjudul “Kiko
Malas Bangun Pagi”
|
8
|
Siswa yang ditunjuk guru membaca
kembali teks tersebut sebanyak satu paragraf, dilanjutkan oleh siswa lainnya
yang ditunjuk guru secara bergantian hingga teks habis terbaca seluruhnya.
|
9
|
Siswa mengamati teks bacaan,
kemudian mengoreksi tanda baca dan huruf kapital yang kurang tepat
(melingkari huruf yang salah ) dengan bimbingan guru.
|
10
|
Siswa menjawab pertanyaan guru
mengenai isi teks tersebut
|
11
|
Siswa menjawab pertanyaan secara
tertulis mengenai isi teks dan menyalinnya di buku tulis dengan menggunakan
huruf lepas.
|
12
|
Siswa mendiskusikan hasil
jawabannya, kemudian siswa
mendengarkan cerita guru yang terdapat pada bahan ajar halaman 2 tentang “Membantu
Teman”
|
13
|
Siswa melakukan demonstrasi kegiatan 1 yang terdapat pada
bahan ajar halaman 3.
“Bagaimana matahari
menerangi bumi “
|
14
|
Selama kegiatan berlangsung
terjadi tanya jawab antara guru dan siswa tentang ciri-ciri matahari yang
nampak oleh panca indera dan proses terjadinya siang dan malam di bumi.
|
15
|
Siswa kemudian menghubungkan
hasil pengamatannya dengan cerita guru tentang perbedaan waktu di belahan
bumi yang berbeda.
|
16
|
Siswa mengulang kembali materi
semester 1 mengenai pengukuran, khususnya waktu dengan cara melakukan Tanya
jawab bersama guru tentang jam analog
|
17
|
Siswa membuat jam analog
menggunakan bahan-bahan yang sudah disiapkan oleh guru. Kemudian Siswa
menghias jam analognya menggunakan warna atau hiasan yang di tempel.
|
18
|
Siswa menunjukkan hasil karyanya
di depan kelas dengan cara membaca jam
analog serta menunjuk -kan waktu sesuai keinginan oleh teman-temannya.
|
C. KEGIATAN
AKHIR ( 10 Menit)
|
|
19
|
Siswa
mencatat tugas yang diberikan guru pada bahan ajar halaman 2 bagian c.
|
20
|
Menutup pelajaran dengan memberikan kesimpulan mengenai kegiatan
yang sudah dilakukan.
|
V. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
·
Bahan ajar “Matahariku” halaman
1-5.
·
Bahan
untuk demonstrasi guru: globe, senter besar, model tata surya.
·
Bahan
membuat jam analog: piring kertas, gunting, plastisin, paku payung, kertas
warna, spidol, dan lem kertas.
VI. PENILAIAN
·
Teknik penilaian
a. Lisan dan tulisan.
b. Unjuk kerja.
·
Bentuk penilaian
a. Tes lisan dan tulisan berupa soal essay.
b. Tes unjuk kerja
1) Materi : Membuat jam analog
2) Kriteria penilaian:
a) Bentuk = 10-25
b) Kerapian= 10-25
c) Bagian-bagian lengkap=10- 25
d) Kreativitas= 10-25
Skor maksimal 100
PERTEMUAN
KE-1
MENGENAL
MATAHARI
a. Membaca Nyaring

b. Menjawab
pertanyaan bacaan
Jawablah !
1. Apa judul bacaan di atas ?
______________________________________________
2. Siapa yang malas bangun pagi ?
______________________________________________
3. Siapa yang berpesan agar bangun pagi ?
______________________________________________
4. Mengapa
harus bangun pagi ?
______________________________________________
5. Mengapa siang hari sinar matahari tak baik bagi tubuh ?
______________________________________________
c. Menulis
Salinlah bacaan di atas dengan menggunakan huruf besar
dan tanda baca yang tepat pada buku tulismu.
d. Membantu Teman
Kiko sudah rindu ingin bertemu dengan nenek dan kakek. Sudah seminggu kakek
dan nenek berangkat naik haji ke kota Mekkah.
Akhirnya Kiko meminta izin kepada ayah untuk menelepon nenek. Ayah pun mengizinkan. Kiko pun menelepon nenek pada jam
tiga sore. Ia amat gembira mendengar khabar kakek dan nenek yang kini dalam
kondisi sehat walafiat.
Seusai menelepon nenek, Kiko nampak kebingungan. Ia menggaruk-garuk kepalanya walaupun ia tidak merasa
gatal. Ayah yang melihat kelakuan kiko menjadi geli dan akhirnya bertanya
padanya mengapa ia nampak seperti kebingungan.
Kiko menceritakan pada ayah, bahwa ia bingung setelah mendengar cerita
nenek. Nenek mengatakan bahwa nenek baru saja selesai melaksanakan shalat Isya,
padahal kan baru jam tiga sore. Apakah nenek sudah mulai pikun ? Kiko pun
nampak resah.
Ayah menjelaskan bahwa waktu di Mekkah dan di Bandung berbeda. Jika di
Bandung masih pukul 3 sore, di Mekkah sudah pukul 11 malam, karena selisih
waktunya 8 jam.
Kiko masih belum mengerti mengapa bisa begitu ?
Bantulah
Kiko memahami perbedaan waktu dengan mengerjakan kegiatan berikut ini !
Kegiatan 1
Bagaimana matahari menyinari
bumi ?
Yang kamu butuhkan :
1. globe
2. lampu
3. ruangan yang gelap
Yang
akan kamu lakukan :
1.
arahkan
sinar lampu pada globe

2. amati
yang terjadi
3. ubah posisi globe seperti pada gambar di samping
4. amati
yang terjadi
Apa yang terjadi ?
Sinar lampu yang diarahkan pada globe
hanya menyinari sebagian saja. Bagian yang terkena sinar lampu berwarna terang
sedangkan sebagian lagi tetap gelap karena tidak terkena sinar lampu, meskipun
kalian merubah posisi globe tersebut. Nah, begitulah matahari menyinari bumi
kita. Bagian bumi yang terkena sinar matahari mengalami siang hari dan bagian
bumi yang gelap mengalami malam hari.
Nah, kini kalian bisa membantu
menjelaskan pada Kiko mengenai waktu dengan menggunakan jam analog berikut ini.
Agar kalian tidak salah menjelaskannya, lebih baik kalian
ingat-ingat pelajaran di semester yang lalu tentang waktu !



Jam Analog



Yang kamu butuhkan :
1. dua buah piring kertas
2. plastisin
3. kertas warna untuk membuat jarum jam
4. paku payung
5. gunting
Yang kamu lakukan :
1.
Ambil sebuah piring kertas, kemudian lipatlah menjadi
empat bagian seperti pada gambar

2. Lakukan untuk piring kertas yang lainnya
3. 
Buatlah tanda pada piring kertas seperti pada gambar
dengan menuliskan angka jam pada piring kertas yang pertama dan angka menit
pada piring kertas yang lainnya.


4.
Satukan
piring kertas tersebut, kemudian tengahnya ditempelkan jarum jam yang terbuat
dari kertas warna.

5. 
Agar jarumnya
bisa berputar, tusuk dengan paku payung. Pada bagian bawahnya, tempelkan ujung
paku payung ke plastisin


6.
Kreasikan jam analogmu dengan menambah hiasan dan warna
yang menarik

Penutup
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema
tertentu sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai
kompetensi dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata
pelajaran. Sedangkan pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang
mengaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata
pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah.
Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna,
otentik, dan aktif. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model
pembelajaran terpadu. Karakteristik model
pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif Pembelajaran
terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara
harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.
Dilihat dari cara memadukan konsep/materi, keterampilan, topik, dan unit
tematiknya, terdapat sepuluh model atau cara merencanakan pembelajaran terpadu.
Dari kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara atau model yang dapat dan
sering digunakan dalam pembelajaran di Sekolah dasar yaitu antara lain webbed, connected, dan integrated. Diantara ketiga model tersebut, yang paling
cocok diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah adalah model Webbed.
Model “webbed” sering disebut jaring laba-laba, adalah model pembelajaran yang dipergunakan
untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat disampaikan melalui
beberapa mata pelajaran. Dalam model webbed,
tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran dalam satu mata pelajaran
atau antarmata pelajaran.
Dalam mengimplementasikan model
pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan kegiatan yang mesti dilakukan
guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian. Tahap perencanaan
berkaitan dengan langkah-langkah perencanaan pembelajaran terpadu. Sedangkan
tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa dengan
menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang dapat
dipilah menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup.
Tahap penilaian merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar
siswa yang meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian
BAB VII
INOVASI
PEMBELAJARAN QUANTUM
Pembelajaran kuantun dikembangkan oleh
Bobby DePorter (1992) yang beranggapan bahwa metode belajar ini sesuai dengan
cara kerja otak manusia dan cara belajar manusia pada umumnya. Dengan model
superCamp yang dikembangkan bersama.
Kawan-kawannya
pada awal tahun 1980 an, prinsip-prinsip dan model pembelajaran kuantum
menentukan bentuknya. Dalam superCamp tersebut, kurikulum dikembangkan secara
harmonis dan berisi kombinasi dari tiga unsur yaitu : keterampilan
akademis(academic skills), prestasi atau tantangan fisik(physical challenge),
dan keterampilan dalam hidup(life skills). Pembelajaran berdasarkan pada
landasan konteks yang menyenangkan dan situasi penuh kegembiraan. Model
pembelajaran kuantum dicetuskan oleh seorang pendidik kebangsaan Bulgaria
Georgi Lozanov yang melakukan uji coba tentang sugesti dan pengaruhnya terhadap
hasil belajar, teorinya yang terkenal disebut suggestologi. Menurut Lozanov,
pada prinsipnya sugesti itu mempengaruhi hasil belajar. Teknik yang digunakan
untuk memberikan sugesti positif dalam belajar diantaranya yaitu mendudukkan siswa
secara nyaman, memasang musik didalam kelas atau lapangan, meningkatkan
partisipasi siswa, menggunakan poster-poster dalam menyampaikan suatu
informasi, dan menyediakan guru-guru yang berdidekasi tinggi.
Pembelajaran
kuantum sebagai salah satu model, strategi dan pendekatan pembelajaran
khususnya menyangkut keterampilan guru dalam rancang, mengembangkan, dan
mengelola sistem pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif, menggairahkan, dan memiliki keterampilan hidup(Kaifa,
1999). Dengan demikian model
pembelajaran kuantum ini merupakan bentuk inovasi pengubahan
bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan sekitar momen belajar.
Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi
kesuksesan siswa dalam belajar. Dari proses interaksi yang dilakukan mengubah
kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi
mereka sendiri dan bagi orang lain.
Pembelajaran
kuantum sebagai salah satu alternatif pembaharuan pembelajaran, menyajikan
petunjuk praktis dan spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, bagaimana merancang pembelajaran, menyampaikan bahan pembelajaran, dan
bagaimana menyederhanakan proses belajar sehingga memudahkan belajar siswa.
Pembelajaran kuantum merupakan sebuah model yang menyajikan bentuk pembelajaran
sebagai suatu “orkestrasi”yang jika dipilah dari dua unsur pokok yaitu :
konteks dan isi. Konteks secara umum akan menjelaskan tentang lingkup
lingkungan belajar baik ligkungan fisik maupun lingkungan psikhis sedangkan
konten/isi berkenaan dengan bagaimna isi pembelajaran dikemas untuk disampaikan
kepada siswa.
Pembelajaran
kuantum mengkonsep tentang “menata pentas lingkungan belajar yang tepat”,
maksudnya bagaimana upaya penataan situasi lingkungan belajar yang optimal baik
secara fisik muapun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa,
para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur
pengalaman belajar. Lingkungan belajar terdiri dari lingkungan mikro dan
lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat siswa melakukan proses
belajar, bekerja dan berkreasi. Bagaimana desain ruangan, penataan cahaya,
musik pengiring yang kesemuanaya ini mempengaruhi siswa dalam menyerap,
menerima dan mengelola informasi. Lebih khusus lagi perhatian kepada penataan
lingkungan formal, seperti meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang
teratur.
Lingkungan
makro adalah dunia luas, artinya siswa diminta untuk menciptakan kondisi yang
belajar dimasyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan
kekuatan pribadi, berinteraksi sosial dimasyarakat yang diminatinya. Semakin
siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi situasi-situasi
yang menantang dan semakin mudah mempelajari informasi baru. Setiap siswa
diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan masyarakat, agar
mereka kelak mendapat pengalaman membangun pengetahuan pribadi (Bobby dePorter,
2002).
A. Landasan Pembelajaran
Kuantum
Istilah
“Quantum” dipinjami dari dunia ilmu fisika yang berarti interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran kuantum, pengubahan
bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar.
Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa
menjadi cahaya yang bemanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara efektif
dan efesien. Selain itu, adanya proses pengubahan belajar yang meriah dengan
segala nuansanya, penyertaan segala yang berkaitan, interaksi dan perbedaan
yang memaksimalkan moment belajar, fokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan
kelas, seluruhnya adalah hal-hal yang melandasi pembelajaran kuantum.
Ada dua konsep
utama yang digunakan dalam pembelajaran
kuantum dalam mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu
pencepatan belajar melalui usaha segaja untuk mengikis hambatan-hambatan
belajar tradisional, dan fasilitas
belajar yang berarti mempermudah belajar. Percepatan belajar dan
fasilitas belajar akan mendukung azas utama yng digunakan dalam pembelajaran
kuantum yaitu:”Bawalah dunia mereka kedunia kita dan antarkan dunia kita ke
dunia mereka”. Azas utama pembelajaran kuantum tersebut mengisyaratkan
pentingnya seorang guru memasuki dunia atau kehidupan anak sebagai langkah awal
dalam melaksanakan sebuah pembelajaran. Memahami dunia dan kehidupan anak,
merupakan lisensi bagi paara guru untuk memimpin, menutun dan memudahkan
perjalan siswa dalam meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu cara yang
bisa digunakan dalam hal ini misalnya mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan
pristiwa-pristiwa, fikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh siswa dalam
baik kehidupan baik dirumah, disekolah maupun dimasyarakat. Setelah kaitan itu
terbentuk, maka guru dapat memberikan pemahaman tentang materi pembelajaran
yang disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan, dan minat bakat siswa.
Pemahaman
terhadap “hakekat” siswa menjadi lebih penting sebagai “jembatan” untuk
menghubugkan dan masukan “dunia kita”kepada dunia mereka. Apabila seorang guru
telah memahami dunia siswa, maka siswa telah merasa diperlukan sesuai dengan
tingkat perkembangan mereka, sehingga pembelajaran akan menjadi harmonisseperti
sebuah “okestrasi” yang saling bertautan dan saling mengisi. Sebuah pepatah
mengatakan, ajarilah, tuntun, fasilitas dan bimbinglah anak didik kalian,
sesuai dengan tingkat kebutuhan dan daya fikirnya.
B. Prinsip dan Strategi
Pembelajaran Kuantum
Selain azas
utama seperti dipaparkan diatas tadi, pembelajaran kuantum memiliki lima
prinsip (Bobby dePorter,1992) sebagai berikut :
1.
Segalanya berbicara,
maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk dapat
membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa, ini berarti rancangan
kurikulum dan rancangan pembelajaran guru, informasi, bahasa tubuh, kata-kata,
tindakan, gerakan dan seluruh kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara
membawa pesan-pesan belajar bagi siswa.
2.
Segalanya bertujuan,
maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus mempunyai
tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan fasilitas yang terlibat
dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk membantu perubahan prilaku
kognitif, afektif dan psikomotor.
3.
Pengalaman sebelum
pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan,
mengkonseptualisasi, membedakan, mengkategorikan) hendaknya telah memiliki
pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
4.
Mengakui setiap
usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah
dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainya.
Pengakuan ini penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagaian berikutnya
dalam pembelajaran.
5.
Merayakan
keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam
pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan
motivasi untuk kemajuan fan peningkatan hasil belajar.
Selanjutnya
Bobby DePorter (1992), mengembangkan strategi pembelajaran kuantum melalui
istilah TANDUR, yaitu :
1.
Tumbuhan, yaitu
dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah
termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaat Bagiku (AMBAK).
2.
Alami, berikan
pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.
3.
Namai, sediakan kata
kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya.
4.
Demonstrasikan,
sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuanya.
5.
Ulangi, beri
kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa
merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa
kami memang bisa.
6.
Rayakan, dimaksudkan
sebagai respon pangakuan yang proporsional.
C. Model Pembelajaran
Kuantum
Model
pembelajaran kuantum identik dengan sebuah simponi dan petunjuk musik.
Maksudnya pembelajaran kuantum, memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan
belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan dan
bukan sebagai sesuatu yang memberatkan. Untuk dapat mengarah kepada yang di
maksud, ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan,yaitu : 1) optimalkan
minat pada diri, 2) bertanggung jawab pada diri, sehingga anda akan memulai mengupayakan
segalanya terlaksana, dan 3) hargailah segala tugas yang telah selesai (Howard
Gardner dalam DePorter, 2002).
Tujuan pokok
pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa, melalui penggubahan
keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar, meningkatkan daya ingat dan
meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya dengar dan meningkatkan
kehalusan prilaku. Berdasarkan prinsip
dan azas landasan pembelajaran kuantum, guru harus mampu mengorkestrasi
kesuksesan belajar siswa. Dalam pembelajaran kuantum, guru itu tidak
semata-mata menerjemahkan kurikulum ke dalam strategi, metode, teknik dan
langkah-langkah pembelajaran, melainkan termasuk juga menterjemahkan kebutuhan
nyata siswa. Untuk hal itu, dalam
pembelajaran kuantum, guru harus memiliki kemampuan untuk mengorkestrasi konteks dan kontens. Konteks berkaitan dengan
lingkungan pembelajaran, sedangkan konten berkaitan dengan isi pembelajaran.
1.
Mengorkestrasi
kesuksesan belajar melalui lingkungan pembelajaran (konteks).
Dimensi
konteks dalam pembelajaran kuantum dapat dikelompokkan menjadi empat bagian,
yaitu : suasana belajar yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan
yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Keempat bagian ini harus
merupakan satu interaksi kekuatan yang mendukung percepatan belajar, dan juga
merupakan kondisi yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan belajar yang
optimal.
a.
Suasana belajar yang
menggairahkan
Guru harus
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberdayakan siswa. Untuk
menciptakan suasana yang dinamis dan menggairahkan dalam belajar, guru atau
fasilitator perlu memahami dan dapat menerapkan aspek-aspek pembelajaran
kuantum sebagai berikut :
*
Kekuatan niat dan
berpandangan positif
*
Menjalin rasa simpati
dan saling pengertian
*
Keriangan dan
ketakjuban
*
Mau mengambil risiko
*
Menumbuhkan rasa
saling memiliki
*
Menunjukkan
keteladanan
Penelitian
menunjukkan, bahwa suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang
mempengaruhi kegiatan belajar. Pada dasarnya kelas adalah arena belajar yang
dipengaruhi oleh emosi, itu sebabnya disarankan agar guru berupaya menciptakan
suasana kelas melalui keenam aspek diatas. Niat kuat seorang guru dalam
mengajar ditentukan oleh pandangan positif guru dan citranya tentang kemampuan
siswa. Keyakinan guru tentang potensi dan kemampuan semua siswa untuk belajar
dan berprestasi akan menentukan keberhasilan siswa itu sendiri. Karena itu,
aspek keteladanan mental guru berdampak besar terhadap iklim belajar dan
pemikiran belajar, karena siswa memiliki perasaan dan sikap yang turut
mempengaruhi proses belajar. Selain itu, guru juga dituntut untuk mengetahui
karakteristik emosional siswa dapat membantu mereka mempercepat proses belajar.
Guru juga harus memiliki kemampuan untuk memotivasi siswa, mengetahui dan
menghargai kemampuan yang dimiliki siswa, dan melakukan penghargaan terhadap
setiap upaya yang telah dilakukan oleh siswa. Penghargaan yang dimaksud, bukan
hanya berupa material, tetapi dalam bentuk lain seperti pujian, menepuk pundak
dsb. Guru perlu memperlakukan siswa sebagai manusia sederajat, mengetahui
pikiran, perasaan dan kesukaannya mengenal hal-hal yang terjadi dalam kehidupan
siswa, mengetahui apa yang menghambat memperoleh hal-hal yang mereka inginkan, berbicara
dengan jujur dan menikmati kesenangan bersama mereka.
b.
Landasan yang kukuh
Setelah
menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk belajar, langkah
selanjutnya yang mesti dilakukan adalah menciptakan landasan yang kukuh.
Menegakkan landasan yang kukuh dalam pembelajaran kuantum dengan cara :
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, mengukuhkan prinsip-prinsip
keunggulan;menyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa; kesepekatan; kebijakan;prosedur
dan peraturan;serta menjaga komunikasi belajar tetap tumbuh dan belajar.
Penetapan
landasan dapat dimulai dari penetapan tujuan. Hendaknya dalam komunikasi
belajar antar pengajar dan pembelajar memiliki tujuan yang sama. Tujuan dari
siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang
lebih baik dan berinteraksi sebagai anggota komunitas dari masyarakat belajar,
dan mengembangkan kemampuan lain yang dianggap penting. Sebaliknya tujuan dari
pengajar adalah menciptakan agar siswa belajar yang cakap dalam mata pelajaran
yang disampaikan, lebih baik dan mampu berinteraksi dengan masyarakat belajar.
Dengan adanya kesaman tujuan, maka upaya yang dilakukan akan memiliki kesamaan,
sehingga ada kesesuaian antara apa yang harus dilakukan siswa dengan apa yang
diinginkan guru. Kedua hal ini akan menjadi prinsip yang dikembangkan, yaitu
integritas, kegagalan sebagai awal kesuksesan, bicara dengan niat yang baik,
hidup saat ini, komitmen, tanggung jawab, sikap luwes dan keseimbangan
(DePorter, 1999).
Landasan ini
yang perlu dijelaskan adalah keyakinan terhadap kemampuan diri dan kemampuan
siswa. Keyakinan atas kemampuan mengajar dan kemampuan siswa belajar akan
menimbulkan hal-hal yang menakjubkan. Setiap kesepakatan, kebijakan, prosedur
dan peraturan harus dilaksanakan bersama untuk memenuhi kebutuhan otak tentang
struktur positif yang searah. Berdasarkan landasan diatas setiap guru
diharapkan dapat menjaga komunitas belajar dan membantu siswa mengaitkan
pelajaran dengan gambaran masa depan mereka.
c.
Lingkungan yang
mendukung
Lingkungan
kelas akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam memusatkan perhatian dan
menyerap informasi sebayak-banyaknya. Dengan demikian, dalam pembelajaran
kuantum guru memiliki kewajiban menata lingkungan yang dapat mendukung situasi
dengan cara:mengorganisasikan dan memanfaatkan lingkungan sekitar, menggunakan
alat bantu yang mewakili satu gagasan;pengaturan formasi siswa;pemutaran musik
yang sesuai dengan kondisi belajar.
Penggunaan
foster dalam lingkungan kelas dapat menampilkan materi pelajaran secara visual.
Poster afirmasi dapat menguatkan dialog internal siswa. Alat bantu belajar
dapat menghidupkan gagasan abstrak dan memberikan pengalaman-pengalaman
langsung. Meja belajar atau bangku dan kursi harus dapat diubah-ubah agar dapat
berfokus pada tugas yang dihadapi. Musik membuka kunci keadaan belajar yang
optimal dan membantu menciptakan asosiasi. Pengokestrasian unsur-unsur dalam
lingkungan sangat berpengaruh pada kemampuan guru untuk mengajar lebih baik.
d.
Perancangan
pengajaran yang dinamis
Guru dapat
memasuki dunia siswa dalam proses pembelajaran melalui perancangan pembelajaran.
Disini diperlukan kemampuan guru memasuki dunia siswa baik sebelum maupun saat
berlangsungnya pembelajaran dapat membawa sukses pembelajaran, karena membantu
guru menyelesaikan pembelajaran lebih cepat, lebih melekat dan lebih bermakna
dengan hasil belajar yang memuaskan. Pembelajaran kuantum memberikan beberapa
kiat tentang cara menyesuaikan pembelajaran dengan masing-masing modalitas
belajar siswa, memberikan strategi dan kiat tentang cara menjalin mitra dengan
siswa, sehingga guru merancang pembelajaran bermula kelompok besar, dilanjutkan
dengan belajar dalam kelompok kecil, diakhiri dengan belajar secara perorangan.
Berdasarkan strategi di atas, maka kiat kerangkan perancangan pembelajaran
kuantum dilaksanakan sebagai perpaduan yang singkat dengan TANDUR yakni
Tumbuhan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.
2. Mengorkestrasi
Kesuksesan Belajar Melalui Kontan/Isi
Dimensi
konten/isi dalam pembelajaran kuantum dikelompokan menjadi empat bagian, dimana
dua bagian mengkaji kemampuan guru dalam melakukan presentasi dan fasilitas,
dua bagian lainya memberikan tip tentang kiat-kiat keterampilan belajar siswa
dan keterampilan hidup. Pada bagian akhir dibahas kiat-kiat keterampilan
praktek pembelajaran dengan model pembelajaran kuantum. Keempat bagaian ini
harus merupakan satu interaksi yang terkait dengan dinamis konteks yang
meningkatkan cahaya percepatan belajar. Hal ini merupakan upaya dan kondisi yang diperlukan untuk
mencapai kesuksesan belajar yang optimal.
a. Mengorkestrasi
presentasi prima
Kemampuan guru
mengorkestrasi presentasi prima
merupakan kemampuan berkomunikasi dengan menekankan interaksi sesuai dengan
rancangan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru mengajarkan keterampilan
hidup di tengah-tengah keterampilan akademis, mengembangkan aspek fisik, mental
dan spiritual para siswa dengan memperhatikan
kualitas interaksi antar siswa, antar siswa dengan guru dan antar siswa
dengan kurikulum. Dalam berkomunikasi dengan siswa, guru menyesuaikan pesan atau materi pelajaran dengan modalitas
utama para siswanya, karena itu guru harus menguasai prinsip-prinsip komunikasi
secara visual, auditorial dan kinestetik yang diyakini sebagai jalan menuju
kesuksesan belajar.
Ketika guru
mengajar, memberikan pengarahan, menata konteks, memberikan umpan balik,
hendaknya dilaksanakan empat prinsip komunikasi yaitu memunculkan kesan yang
diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mengajak dan tepat sasaran.
Memunculkan kesan adalah hal penting dalam belajar karena membantu otak membuat
citra tentang apa yang dipelajari melalui asosiasi. Mengarahkan fokus perhatian
juga penting karena dalam komunikasi otak memiliki kemampuan menyerap banyak
informasi dalam setiap waktu dari pesan-pesan yang diberikan guru. Jika guru
salah mengarahkan perhatian, maka informasi penting dapat menjadi tak
tersadari. Bersifat mangajak pada prinsipnya berbeda dengan prinsip perintah
yang menunjukkan dominasi guru. Ajakan itu lebih menimbulkan asosiasi positif
tentang kebersamaan dan kerjasama secara kolaborasi untuk menghindari asosiasi
negatif terhadap dinamika guru. Namun
ajakan tersebut harus bersifat spesifik ditujukan langsung pada inti tujuan
pembelajaran. Dalam berkomunikasi dengan siswa, hendaknya guru berkeyakinan
bahwa berkomunikasi non verbal sama ampuhnya dengan komunikasi verbal.
Komunikasi non verbal yang harus diperhatikan guru adalah kontak mata, ekspresi
wajah, nada suara, gerak tubuh dan sosok (poster).
b. Mengorkestrasi
fasilitas yang elegan
Mengorkestrasi
fasilitas berarti memudahkan interaksi siswa dengan kurikulum. Ini berarti juga
memudahkan partisipasi siswa dalam aktivitas belajar sesuai dengan yang
diinginkan dengan tingkat ketertarikan, minat, fokus dan partisipasi yang
optimal. Pembelajaran kuantum menawarkan beberapa strategi untuk melakukan
fasilitasi antara lain: menerapkan prinsip KEG (Know it, Explain it, Get it and
give feedback), model kesuksesan dari sudut pandang fasilitator, membaca
pendengar, mempengaruhi melalui tindakan, menciptakan strategi berfikir dan
tanya jawab belajar. Fasilitas KEG sebagai strategi fasilitas bertujuan untuk
mempertahankan siswa belajar tetap pada jalur dengan minat yang tinggi.
Strategi ini dilakukan dengan : Pertama, mengetahui visi pembelajaran dan
bentuk prilaku yang diharapkan dalam belajar dengan jelas. Kedua, jelaskan
hasilnya melalui kounikasi. Ketiga, dapatkan hasilnya pada setiap segmen
belajar dan berikan feedback yang memuaskan.
Fasilitas
harus mampu mengantarkan siswa bergerak dari zona nyaman ke zona kurang nyaman
dengan siswa tetap nyaman, pembelajaran kuantum di sini menghendaki : Pertama,
guru harus memberikan gambaran keseluruhan pelajaran yang memungkinkan siswa
mengkaitkan dengan pengalaman masa lalu dan prediksi masa depan, tumbuhan
kegairahan siswa melalui rasa ingin tahunya. Kedua, berikan pengenalan pertama
pelajaran melalui penggunaan multi sensori untuk merangsang multi kecerdasan
siswa. Ketiga : potonglah informasi kedalam segmen-segmen yang mudah dipelajari
untuk tiap segmen. Keempat, lakukan pengulangan dalam beberapa variasi untuk
proses penguatan dan generalisasi serta berikan perayaan untuk setiap
kesuksesan dalam setiap segmen. Jangan lupa untuk menerapkan strategi belajar
dari kelompok besar ke kelompok kecil dan diakhiri dengan belajar perorangan.
Fasilitas dengan membaca pendengar, berarti guru membaca keadaan siswa belajar
untuk tetap mempertahankan konsentrasi belajar dengan minat optimal. Fasilitas
mempengaruhi prilaku melalui tindakan dimaksudkan untuk menangkap perhatian
siswa dalam belajar dan mengubah arahnya ketugas atau tujuan belajar
selanjutnya. Untuk ini beberapa tindakan verbal maupun non verbal dapat
dilakukan. Fasilitas menciptakan strategi berfikir bertujuan membantu siswa
memudahkan belajar dilakukan dengan cara memberikan ragam pertanyaan kepada
siswa dengan maksud memperoleh respon, memberikan dorongan dan menghargai serta
mengakui partisipasi siswa dalam melatih keterampilan berfikir siswa.
c. Mengorkestrasi
keterampilan belajar dan keterampilan hidup
Dalam
pembelajaran kuantum, keterampilan belajar dapat membantu siswa mencapai tujuan
belajar dengan efesien dan cepat, dengan tetap mempertahankan minat belajar,
karena belajar dapat berlangsung secara terfokus tetapi santai. Dalam membantu
siswa mengorkestrasi ketrampilan belajar, pembelajaran kuantum menekankan empat
strategi berikut : memanfaatkan gaya belajar, keadaan prima untuk belajar,
mengorganisasikan informasi, dan memunculkan potensi siswa. Belajar dikelas
perlu memanfaatkan gaya belajar masing-masing siswa, yakni gaya belajar visual,
auditorial, kinetik. Untuk mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, guru
dapat memberikan tes gaya belajar. Setelah mengetahui gaya belajar
masing-masing, guru dapat menyesuaikan rancangan pembelajaran dengan gaya
belajar tersebut. Gaya belajar visual akan berhasil dalam belajar jika siswa
banyak membuat simbol dan gambar dalam catatannya. Siswa dengan gaya belajar
visual dapat menangkap isi pelajaran dengan baik melalui membaca cepat secara
keseluruhan yang membantunya mendapatkan gambaran umum. Siswa dengan gaya
belajar auditorial dapat belajar melalui mendengarkan kuliah, contoh-contoh
model,ceramah, ceritera dan mengulang informasi. Biasanya siswa belajar
auditorial menyenangi belajar dan mendengarkan musik. Karena, mereka harus
dibantu untuk menterjemahkan informasi belajar dalam bentuk lagu ynag sudah
mereka kenal, siswa kinestetik menyukai proyek terapan, praktek laboratorium,
demonstransi, simulai dan bermain peran.
Belajar yang
optimal adalah belajar dalam keadaan prima. Kondisi prima ini dapat terjadi
ketika ada kesesuaian antar gerak, tubuh, fikiran, dan perasaan dalam kondisi
terfokus dan menyenangkan. Karena itu pembelajaran kuantum menyarankan strategi
SLANTE dan keadaan alpha kepada siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
dikelas. Strategi SLANTE merupakan singkatan dari Sit up in the chair (duduk
tegak dikursi), Lean Forward (condong kedepan), Ask Question (pertanyaan), Node
their hads(menganggupan pelaku), Talk to Their Teacher (berbicara dengan guru)
tubuh agak condong ke depan menindikasikan tubuh dalam keadaan semangat
belajar, sedangkan unsur ANT mengindikasikan partisioasi aktif siswa dalam
belajar yang dapat memberi simulai kepada guru untuk lebih bergairah mengajar.
Adanya upaya take and give antar guru dan siswa akan meningkatkan interaksi
belajar yang dapat mengubah energi belajar lebih berbahaya. Belajar disekolah
bukan semata-mata sebagai kegiatan belajar secara akademik. Siswa perlu
mempelajari keterampilan hidup (life skill), dan keterampilan sosial (social
skills).
BAB VIII
INOVASI PEMBELAJARAN INKUIRI
1. Pengertian Inkuiri
Pruitt dan
Underwood (dalam Wulan, 2007) mengemukakan lima kata kunci untuk menunjukkan
aktivitas ilmuwan dalam mempelajari pelajaran yaitu: observasi, bertanya, berhipotesis, menguji
hipotesis dan eksplanasi. Kelima aktivitas tersebut dinyatakan sebagai metode ilmiah dan para ahli
juga mengatakan sebagai proses inkuiri. Selanjutnya menurut Setiawan (2006),
inkuiri adalah suatu kegiatan atau penelaahan sesuatu dengan cara mencari
kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses berpikir dan penalaran secara
teratur, runtut dan bisa diterima oleh akal. Kegiatan inkuiri dapat dilakukan
secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas, baik dilakukan di dalam
kelas ataupun di luar kelas. Inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti diskusi antar siswa, tanya jawab antar guru dengan siswa, dan
sebagainya.
Kata inkuiri berasal dari bahasa
Inggris ”inquiry” dan menurut kamus berarti “pertanyaan” atau
“penyelidikan”. Pembelajaran dengan inkuiri pertama kali dikembangkan
oleh Richard Suchman tahun 1962 (dalam Joyce, 2000). Ia menginginkan agar siswa
bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian ia mengajarkan pada siswa
mengenai prosedur dan menggunakan organisasi pengetahuan dan prinsip-prinsip
umum. Siswa melakukan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisa data, sampai
akhirnya siswa menemukan jawaban dari pertanyaan itu.
National
Research Council (NRC, 2000) menyatakan inkuiri
sebagai penggunaan dan pengembangan higher
order thinking pada kegiatan kerja ilmiah. Inkuiri dibedakan dalam dua kategori
yaitu inkuiri dalam arti umum dan scientific
inquiry. Inkuiri dalam
arti umum adalah aktivitas bertanya atau mencari tahu tentang sesuatu. Scientific inquiry merupakan aktivitas
penyelidikan yang sistematis untuk menemukan dan menjelaskan hubungan di antara
obyek dan kejadian. Joyce, et al (2000) mengemukakan inkuiri sebagai aktivitas
eksperimental untuk menguji suatu hipotesis.
Beyer (dalam
Sulistyorini, 2007) menyatakan proses inkuiri sebagai aktivitas mengumpulkan
dan mengolah data atau pengalaman dengan menggunakan cara-cara yang khusus. Proses inkuiri timbul dari sikap, nilai, dan pengetahuan
inkuiri. Proses inkuiri K-4 menurut (NRC, 2000) terdiri atas tahapan berikut
: (1) Mengajukan pertanyaan tentang
objek, organisme dan kejadian yang ada dilingkungan, (2) Merencanakan dan
melaksanakan suatu percobaan sederhana, (3) Menggunakan perlengkapan dan
alat-alat sederhana secara tepat dalam
mengumpulkan dan penggunaan data, (4) Menggunakan data untuk membuat suatu
penjelasan, dan (5) Mengkomunikasikan hasil pengamatan penelitian
Berkenaan dengan
pengertian proses inkuiri yang telah diuraikan, terdapat dua pendapat tentang
proses inkuiri. Pendapat pertama menggagas inkuiri sebagai langkah-langkah
sistematis yang identik dengan metode ilmiah (Joyce, et al, 2000). Pendapat kedua
menggagas inkuiri sebagai cara kerja yang tidak sepenuhnya sistematis sehingga
tidak identik dengan metode ilmiah.
2.
Kemampuan Inkuiri Guru dalam Pembelajaran
Pengajaran kontruktivisme menghendaki guru tidak semata-mata sebagai orang
yang meneruskan gagasan yang berupa konsep, prinsip atau teori kepada siswa
tetapi sebagai orang yang mengarahkan dan mengembangkan gagasan-gagasan yang telah ada pada diri
siswa menjadi lebih luas dan mengurangi kesalahan-kesalahan konsepnya. Dalam
hal ini guru diharapkan dapat mengetahui bagaimana para siswa memandang
penomena yang menjadi subyek pengajaran, kemudian pelajaran dikembangkan dari
gagasan-gagasan yang ada melalui langkah-langkah tertentu.
Menurut Dahar (1989) konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili
satu kelas stimulus-stimulus. Suatu konsep telah dipelajari bila yang diajarkan dapat menampilkan
perilaku-perilaku tertentu. Sedangkan menurut Slameto (2003) bahwa penguasaan
konsep, diartikan sebagai kemampuan siswa memahami makna ilmu pengetahuan
secara ilmiah baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
inkuiri adalah suatu kegiatan atau penelaahan sesuatu dengan cara mencari
kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses berpikir dan penalaran secara
teratur, runtut dan bisa diterima oleh akal. Kegiatan inkuiri dapat dilakukan
secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas, baik dilakukan di dalam
kelas ataupun di luar kelas. Inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti diskusi antar siswa, tanya jawab antar guru dengan siswa, dan
sebagainya. proses inkuiri sebagai aktivitas mengumpulkan dan
mengolah data atau pengalaman dengan menggunakan cara-cara yang khusus. Proses inkuiri timbul dari sikap, nilai, dan pengetahuan
inkuiri
Menurut (Haury
dalam Wulan, 2007) pengajaran berorientasi inkuiri di sekolah pada umumnya dapat meningkatkan kinerja siswa
dalam keterampilan proses, keterampilan membuat grafik, dan menginterpretasikan
data. Selain itu efektif dalam membantu perkembangan ilmu
pengetahuan, pemahaman
proses sains dan pemahaman konseptual. Kemampuan inkuiri guru merupakan standar
penting yang menjadi tuntutan bagi pendidikan di sekolah. Inkuiri di kelas
berarti merangsang dan menyokong semangat siswa untuk bertanya dan selalu ingin
tahu. Kemampuan inkuiri guru di kelas memberikan fungsi dalam hal mengembangkan
pemahaman sifat-sifat sains, mengembangkan keterampilan dan penggunaannya
sebagai bekal meneliti gejala alam, sebagai model bagaimana cara mengetahui apa
yang kita tahu tentang sains.
Guru yang baik selalu menyediakan lingkungan belajar bagi
siswanya untuk berpikir secara efektif. Mendidik lebih dari sekedar mentransfer
ilmu sehingga siswa hanya mampu sebatas mengetahui. Mengetahui itu mempunyai
nilai yang lebih rendah dibanding dengan kemampuan menggunakan pengetahuannya
dalam berpikir. Guru telah lama
menjadikan keterampilan berpikir ilmiah menjadi tujuan utama dalam
pendidikan. Inkuiri ilmiah akan menghasilkan kemampuan
untuk berpikir kritis dan berpikir ilmiah.
Ketika
merencanakan program pembelajaran di sekolah, perIu diperhatikan pertanyaan
berikut ini, apa tujuan dari program pembelajaran ini, baik untuk guru maupun
siswa, strategi belajar yang bagaimana yang akan dilakukan untuk membantu siswa
dalam mencapai tujuan ini, bagaimana cara mengetahui bahwa baik guru maupun
siswa telah mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Tujuan proses
pembelajaran tersebut mengungkap kemampuan inkuiri guru. Kemampuan inkuiri guru
dalam proses pembelajaran antara lain:
Mengajukan pertanyaan; Kemampuan
mengajukan pertanyaan dan mengidentifikasi penyelesaian masalah. Dalam
pembelajaran seharusnya guru lebih banyak mengajukan pertanyaan open ended dan lebih banyak merangsang
diskusi antar siswa. Keterampilan bertanya dan
mendengarkan secara efektif, penting untuk keberhasilan mengajar.
Kemampuan mengajukan pertanyaan yang
konsisten dengan konvensi dan proses pembelajaran harus dikembangkan secara
khusus. Pentingnya pertanyaan di dalam inkuiri maka seharusnya guru sangat
sensitif dengan tingkah laku pertanyaan siswa. Mereka seharusnya dianalisis secara teratur untuk
menentukan kekuatan dan kelemahan pertanyaan mereka.
Menurut Uno (dalam Sanjaya 2006), jika guru mengharapkan siswanya aktif
berpartisipasi dalam kelas, mereka harus dilibatkan dengan benar sejak awal
pembelajaran. Dengan questioning
siswa diajak untuk berpikir bersama-sama. Menurut Trowbridge, et at. (dalam
Wulan, 2007) adalah bijak bila kita selalu menyiapkan serangkaian pertanyaan
sebelum memasuki kelas yang berbasis inkuiri. Guru
yang mengajarkan inkuiri harus tetap fleksibel, artinya walaupun dia telah
menyiapkan beberapa pertanyaan ketika berhadapan dengan siswa dia harus bisa
mengubah atau membuat pertanyaan baru sesuai dengan kondisi. Pertanyaan baru
yang tidak direncanakan atau spontan ini awalnya terasa sulit tapi lama
kelamaan akan mudah dilakukan. Sebelum menentukan pertanyaan yang akan diajukan
ke hadapan siswa, perlu dipertimbangkan beberapa hal di antaranya ialah
kemampuan yang ingin dikembangkan dari siswa, proses keterampilan berpikir
kritis yang ingin diperoleh siswa, materi subjek yang ingin dikembangkan, dan
jenis-jenis jawaban yang diharapkan muncul. Seorang guru yang berorientasi
inkuiri jarang berceramah tetapi lebih sering bertanya, karena dengan bertanya
guru membantu siswa menggunakan pikirannya. Dalam pembelajaran berbasis inkuiri
questioning berfungsi untuk
memotivasi siswa, menuntun atau mengarahkan siswa yang disebut sebagai fungsi
manajerial, bisa juga berfungsi untuk diskusi.
Menurut
Sanjaya (2006), dalam proses belajar mengajar, model pembelajaran apapun,
bertanya merupakan kegiatan yang selalu tidak terpisahkan dalam proses belajar
mengajar. Pertanyaan yang baik, memiliki dampak yang positif terhadap siswa,
diantaranya:
- Dapat meningkatkan partisipasi siswa secara penuh
dalam proses belajar mengajar
- Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab
berpikir itu sendiri pada hakekatnya bertanya.
- Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa, serta
menuntun siswa untuk menentukan jawaban
- Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas
Kemampuan berpikir siswa yang diperoleh dari proses belajar mengajar antara
lain dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajukan pertanyaan. Kemampuan
guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dapat merangsang berpikir tingkat tinggi
siswa.
Mengingat begitu pentingnya peranan bertanya dalam proses belajar mengajar
terutama proses belajar sains, maka setiap guru harus memiliki keterampilan
bertanya, agar kualitas proses belajar mengajar semakin baik. Pertanyaan itu
banyak jenisnya, misalnya bisa dilihat dari maksud yang kita bertanya atau
tingkat kesulitan pertanyaan yang diajukan dalam proses belajar mengajar.
Dilihat dari maksudnya, pertanyaan
terdiri dari:
a.
Pertanyaan permintaan (compliance
question), yaitu pertanyaan yang mengandung unsur suruhan dengan harapan
agar siswa dapat memenuhi perintah yang diucapkan, oleh karena itu pertanyaan
ini tidak mengharapkan jawaban dari siswa, akan tetapi yang diharapkan adalah
tindakan siswa.
b.
Pertanyaan retoris (rhetorical
question), yakni jenis pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban dari
siswa, akan tetapi kita sendiri yang menjawabnya.
c.
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting
question), adalah pertanyaan yang ditujukan untuk menuntun proses berpikir
siswa, dengan harapan siswa dapat memperbaiki atau menemukan jawaban yang lebih
tepat dari jawaban sebelumnya.
d.
Pertanyaan menggali (probing question),
adalah pertanyaan yang diarahkan untuk mendorong siswa agar dapat menambah
kualitas dan kuantitas jawaban. Jenis pertanyaan ini sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Merencanakan dan melaksanakan
suatu percobaan sederhana; menurut NSTA & AETS (1998) dalam melaksanakan percobaan sederhana, guru
menggunakan kelompok kecil untuk merangsang diskusi, meningkatkan penggunaan
alat-alat sederhana, bertanggung jawab terhadap kelompok, meningkatkan
kemampuan pelaksanaan penelitian di kelas. Melalui peranan tugas terstruktur
dan tertulis hasil merangkum, latihan, dan diskusi maka pemahaman siswa akan
meningkat.
Merencanakan inkuiri adalah kunci keberhasilan guru. Suatu model
pembelajaran berbasis inkuiri diajukan oleh Donham dalam Alberta (2004) pada
fase perencanaan, dimana fase ini siswa seharusnya memahami bahwa tujuan
mendasar dari proses pembelajaran berbasis inkuiri adalah untuk mengembangkan
keterampilan 'belajar untuk belajar'. Belajar berbasis inkuiri dimulai dengan
minat atau keinginan tahu tentang suatu topik. Guru memberikan informasi dan
latar belakang yang dapat memotivasi siswa. Siswa
butuh pengetahuan dan pengalaman dari suatu topik dalam melakukan percobaan
sederhana. Tahap perencanaan percobaan, siswa membentuk kelompok dengan anggota
yang telah dibentuk.
Menggunakan perlengkapan dan alat-alat; Menurut
NRC (2000) pada tahap ini guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam kegiatan percobaan sederhana untuk
mengembangkan kemampuan seperti mengobservasi, memotong, mengukur,
menghubungkan, dan menggunakan KIT. Tahap pelaksanaan percobaan, siswa merakit alat alat yang akan digunakan dalam
pelaksanaan percobaan sederhana. Dalam hal ini siswa mengembangkan kemampuan
dalam melakukan mengukur dan menghubungkan alat yang digunakan sehingga dapat
melakukan pengumpulan data, mengembangkan data untuk membuat suatu penjelasan
dari hasil yang diperoleh.
Menggunakan data ; Setelah
siswa mengumpulkan data maka siswa juga diasah keterampilannya dalam mengolah
data dan menilai hasil untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang valid dan masuk
akal. Menurut NSTA dan AETS (1998) siswa seharusnya diberi kesempatan untuk
menganalisis data sehingga siswa dapat meningkatkan kreativitas dalam membuat
suatu komunikasi seperti membuat tabel dan grafik.
Mengkomunikasikan hasil pengamatan; Dalam
tahap ini kelompok mempersiapkan laporan tertulis untuk menjelaskan penelitian.
Data yang dikumpulkan dianalisis secara sederhana, kemudian data tersebut
dibuat dalam bentuk laporan, kemudian diberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan di kelas. Ketika kelompok telah yakin pengumpulan data yang
dikumpulkan konsisten, siswa menganalisis data dan menggambarkan kesimpulan. Laporan yang dibuat dalam diskusi perlu mendapatkan
tanggapan dan kritik dari teman-teman yang lain (NRC, 1996). Diskusi merupakan
bagian integral dan mendasar dari beberapa penelitian inkuiri, dalam kesempatan
ini siswa berdiskusi tentang apa yang mereka lakukan, apa yang mereka temukan
dan apa yang mereka pikirkan dari hasil percobaan.
Menurut NRC
(1996), dalam diskusi guru hendaknya mengasah kemampuan siswa dalam membahas
hasil percobaan yang diikuti adu argumentasi di antara siswa, dan itu adalah
puncaknya kemampuan inkuiri yang perlu dikembangkan pada siswa. Di dalam
diskusi siswa akan mempelajari konsep yang lebih banyak. Guru harus memberikan
kesempatan pada siswa untuk berbicara atau menuliskan apa yang ada dalam
pemikiran mereka. Dibanding dengan ceramah, di dalam diskusi siswa akan belajar
lebih banyak.
Di dalam diskusi
yang baik guru mengatakan sesuatu yang menyebabkan terjadinya interaksi antara
siswa dengan siswa. Ketika terjadi respon siswa, guru hanya berbicara sedikit
tapi guru melihat keseluruh kelas untuk melihat apakah ada siswa yang ingin
memberikan respon. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator, tidak
boleh memotong pembicaraan siswa sebelum selesai mengeluarkan pendapatnya.
Tabel berikut menyatakan kemampuan inkuiri dalam proses pembelajaran di kelas.
Kemampuan
|
Pengembangan
|
1. Mengajukan pertanyaan tentang
objek, organisme dan kejadian yang ada dilingkungan. (merumuskan masalah)
.
|
a. Adanya kegiatan merumuskan
pertanyaan untuk diteliti misalnya:
§
Guru menyajikan situasi yang dapat
memunculkan masalah
§
Guru meminta siswa menjawab pertanyaan
§
Siswa menjawab pertanyaan dari guru
b. Adanya perumusan
hipotesis,misalnya
§
Guru menyajikan sebuah bentuk eksperimen dan siswa diminta untuk membuat
hipotesisnya
§
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan hipotesis.
§
Siswa mengajukan hipotesis terhadap permasalahan yang diajukan guru
|
2. Merencanakan dan melaksanakan
suatu percobaan sederhana
|
Adanya kegiatan melaksanakan
percobaan sederhana misalnya:
§
Ada kegiatan observasi yang terstruktur.
§
Guru memberikan LKS kepada siswa
§
Siswa melaksanakan percobaan sesuai dengan LKS yang diberikan guru
§
Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam percobaan sederhana
|
3. Menggunakan perlengkapan dan
alat-alat sederhana secara tepat
dalam mengumpulkan dan penggunaan
data
|
a. Adanya kegiatan untuk
mengembangkan kemampuan seperti mengobservasi, memotong, mengukur,
menghubungkan, dan menggunakan KIT.
b. Adanya kegiatan yang dilakukan
siswa untuk menggunakan alat-alat sederhana untuk mengumpulkan data misalnya:
§
Mistar untuk mengukur panjang, tinggi dan kedalaman suatu benda.
§
Termometer untuk mengukur temperatur.
§
Menggunakan alat KIT lainnya.
c. Adanya kegiatan yang
menggunakan alat hitung untuk mengolah data.
d. Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menggunakan alat
ukur dan alat hitung
|
4. Menggunakan data untuk membuat
suatu penjelasan
|
Adanya kegiatan penggunaan data
untuk menjelaskan fenomena, seperti
1. Adanya menggunakan pengetahuan
dan bukti-bukti untuk mendukung penjelasan siswa
2. Adanya kegiatan untuk memeriksa
penjelasan siswa dengan pengetahuan, pengalaman dan hasil observasi orang
lain
|
5. Mengkomunikasikan hasil
pengamatan penelitian
|
Adanya kegiatan
mengkomunikasikan, mengkritisi dan menganalisis hasil karya sendiri dan karya
orang lain baik secara lisan, gambar maupun tulisan;
1. Adanya kegiatan menyampaikan
hasil kerja kepada kelompok lain
2. Adanya kegiatan yang disajikan
dalam bentuk gambar, tulisan dan laporan
3. Adanya kegiatan mengkritisi dan
menganalisis pekerjaan orang lain
4. Adanya kegiatan untuk
menghargai pendapat orang lain.
5. Guru mendorong siswa
merefleksikan pemahaman melalui diskusi kelas
6. Adanya kegiatan menyimpulkan
hasil kerja
|
Tahapan inkuiri
dalam proses belajar mengajar (dikutip dari NRC 2000)
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : SDN
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Materi Pokok : Perubahan
lingkungan fisik bumi
Kelas / Semester : IV / II
Alokasi waktu : 2 x 35 menit (P1)
I.
STANDAR KOMPETENSI
Memahami
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.
II.
KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan
berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik
(angin, hujan, dan cahaya matahari).
III. INDIKATOR
Ø Menjelaskan
terjadinya hujan, angin, dan gelombang air laut.
Ø Menjelaskan
manfaat hujan, angin, cahaya matahari dan gelombang air laut.
IV.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa
dapat menjelaskankan proses terjadinya hujan, angin, dan gelombang air laut.
2. Siswa
dapat menyebutkan manfaat hujan, angin, cahaya matahari dan gelombang air laut
V.
MATERI PEMBELARAN
Perubahan lingkungan
fisik bumi
KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAP
PEMBELAJARAN
|
LANGKAH
PEMBELAJARAN
|
INDIKATOR KETERAMPILAN PROSES IPA
|
ALOKASI
WAKTU ( MENIT )
|
Fase 1
Mengajukan pertanyaan tentang objek,
organisme dan kejadian yang ada di lingkungan (merumuskan masalah).
Fase 2
Merencanakan dan melaksanakan suatu
percobaan sederhana.
Fase 3
Menggunakan perlengkapan dan alat-alat
sederhana secara tepat dalam
mengumpulkan dan penggunaan data.
Fase 4
Menggunakan data untuk membuat suatu
penjelasan.
Fase 5
Mengkomunikasikan hasil pengamatan
penelitian.
|
Kegiatan Awal
· Membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam dan
menyiapkan siswa.
· Guru
berbicara tentang penyebab perubahan lingkungan sekitar seperti hujan.
Kegiatan
Inti
· Tanya jawab tentang terjadinya
hujan, angin, dan gelombang angin laut.
· Guru
menyajikan masalah dan mengajukan pertanyaan.
1. Keringkah kain yang basah bila dijemur pada cahaya matahari ?
2. Bergerakkah perahu oleh angin?
Siswa menjawab pertanyaan sebagai
jawaban sementara (hipotesis).
Guru
membagi siswa beberapa kelompok, masing-masing kelompok mendapat LKS.
·
Siswa melengkapi
langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan sesuai hipotesis dengan
bimbingan guru.
·
Siswa melakukan
percobaan untuk mendapatkan informasi dengan bimbingan guru.
·
Guru membantu dan
membimbing siswa yang mengalami kesulitan menggunakan alat.
·
Siswa mengumpulkan
data yang diperoleh dari hasil percobaan dan mengisikan dilembar pengamatan.
· Siswa
melakukan diskusi kelompok tentang hasil percobaan yang telah dilakukan untuk
membuat suatu penjelasan atau laporan.
· Siswa
menggunakan pengetahuan dan bukti-bukti yang sudah di dapatkan untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan dan mendukung penjelasan siswa.
· Siswa
membuat laporan atau penjelasan sesuai dengan proses inkuiri yang telah
dilakukan walaupun hipotesis salah.
· Menyampaikan
hasil kerja kapada kelompok lain dalam bentuk laporan.
· Siswa
diperbolehkan bertanya, mengkritik dan menganalisis pekerjaan kelompok lain.
· Guru
mendorong siswa merefleksikan pemahaman melalui diskusi kelas dan menghargai
pendapat orang lain.
Siswa
menyimpulkan hasil kerja tentang manfaat penyebab perubahan lingkungan fisik.
Kegiata Akhir
· Simpulan
: Hujan terjadi dari penguapan air oleh panas matahari, sedangkan angin
terjadi karena bergeraknya udara, dan gelombang terjadi kerena persentuhan
permukaan air laut dengan angin. Manfaat
hujan:1.Untuk mengairi tanah pertanian 2. Sumber air bagi manusia,
tumbuhan dan hewan. Manfaat angin:1.Untuk
menjalankan kincir angin 2.Menggerakkan perahu nelayan 3.Membantu penyerbukan
tumbuhan. Manfaat panas matahari:
1.Mengeringkan pakaian , padi, ikan dll, 2. Sumber cahaya 3. Membantu proses
fotosintesis tumbuhan 4. Kompor matahari dll. Manfaat gelombang air laut: Untuk olahraga seperti selancar dan
terbang layang.
· Tindak
lanjut : Untuk menambah pemahaman tentang manfaat hujan, angin, panas
matahari dan gelombang air laut, lakukanlah percobaan lagi di rumah, jika
belum paham tanyakan pada orang tua atau kakakmu.
|
Observasi
Membuat
hipotesis
Merencanakan dan melaksanakan
percobaan
Menggunakan
alat dalam percobaan.
Interpretasi
(menganalisis dan menyusun laporan).
Berkomunikasi
Membuat
kesimpulan dan meluruskan hasil percobaan
|
|
VII. MODEL, METODE
1.
Model : Inkuiri
terbimbing
2. Metode : Tanya jawab, diskusi, eksperimen
VIII.
ALAT/BAHAN DAN SUMBER
ALAT
·
LKS
·
Kertas
karton, perahu mainan, wadah, air, sapu tangan.
SUMBER
· Kemala S. 2006. IPA untuk SD kelas IV. Jakarta; Yudistira.
· Susanto P. 2007. IPA untuk SD Kelas IV. Klaten; Sahabat.
·
Abitur A. 2004. IPA untuk SD Kelas IV. Jakarta; Tropika.
·
Wahyono B. 2008. IPA untuk SD Kelas IV. Bogor; Ghalia.
IX.
EVALUASI
-
Teknik evaluasi : Tertulis
-
Bentuk Evaluasi : Obyektif/ Essay
-
Alat Evaluasi : Pertanyaan/ soal
Mengetahui Pekanbaru, 21 April 2010
Kepala sekolah Guru
Kelas
( ) ( )
BAB IX
INOVASI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1.
Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran secara kooperatif adalah belajar bersama-sama, saling
membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap
orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan
sebelumnya. Falsafah yang
mendasari model pembelajaran kooperatif adalah falsafah homo homini
socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial, kerja
sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup.
Slavin (1995) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan
kecil siswa yang bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab atas
kelompoknya. Gilbert Macmillan (dalam Achyar, 1998) menyatakan bahwa
keunggulan-keunggulan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah memberi
peluang pada siswa agar mau menggunakan dan membahas suatu pandangan, serta
siswa memperoleh pengalaman kerjasama dalam merumuskan suatu pendapat kelompok.
Marshal (1995) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai lingkungan
belajar dalam kelas, dimana pelajar bersama-sama menyelesaikan tugasnya. Oleh
sebab itu secara teoritis pembelajaran kooperatif membantu berkembangnya
suasana kerjasama dalam kelas dan lebih banyak persaingan karena pelajar masuk
dalam suasana belajar yang lain.
Tidak semua
belajar kelompok bisa dianggap sama dengan model pembelajaran kooperatif. Roger
dan David Johnson mengemukakan lima unsur pembelajaran kooperatif yang
membedakan dengan belajar kelompok biasa, yaitu:
1.
Saling ketergantungan positif
2.
Tanggung jawab perseorangan
3.
Tatap muka
4.
Komunikasi antaranggota
5.
Evaluasi proses kelompok
Untuk memenuhi
kelima unsur tersebut dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) para anggota kelompok. Dalam mengembangkan niat dan kiat
serta interaksi antarsiswa dalam pembelajaran kooperatif, ada tiga hal penting
yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif,
yakni: pengelompokan, semangat pembelajaran kooperatif dan pengelolaan kelas.
Sehubungan dengan
pengelompokan, pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kelompok yang heterogen.
Kelompok yang heterogen memberikan beberapa keuntungan,
yaitu: pertama, memberikan kesempatan untuk saling mendukung. Kedua,
meningkatkan relasi dan interaksi sesama siswa. Ketiga, memudahkan pengelolan
kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru
mendapatkan satu asisten untuk setiap kelompok.
Terdapat enam langkah utama di dalam
pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah
|
Tingkah laku guru
|
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa untuk belajar.
|
Fase 2. Menyajikan informasi dalam bentuk
demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
|
Guru menyajikan informasi pada siswa dalam
bentuk demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
|
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar.
|
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien
|
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
|
Guru membimbing kelompok belajar pada saat siswa
mengerjakan tugas
|
Fase 5. Evaluasi
|
Guru mengevaluasi tentang apa yang sudah
dipelajari sehingga masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase 6. Memberikan penghargaan baik secara
kelompok maupun individu.
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar baik secara kelompok maupun individu.
|
Walaupun prinsip dasar pembelajaran
kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada
empat pendekatan yang harus menjadi bagian guru diantaranya
- Student Teams
Achievement Divisions (STAD). STAD merupakan pendekatan yang paling
sederhana dan paling mudah dalam pembelajaran koperatif.
- Think-Pair-Share
(TPS).TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa.
Langkah-langkah
TPS
Langkah-langkah
|
Tingkah
laku guru
|
Fase I. Berpikir (Thinking)
|
Guru mengajukan sebuah pertanyaan
atau isu yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa-siswanya untuk
menggunakan waktu satu menit untuk memikirkan sendiri tentang jawaban untuk
isu tersebut. Siswa perlu diajari bahwa berbicara tidak menjadi bagian dari
waktu berpikir.
|
Fase II. Berpasangan (Pairing)
|
Setelah itu guru meminta siswa
untuk berpasangan-pasangan dan mendiskusikan segala yang sudah mereka
pikirkan. Interaksi selama periode ini dapat berupa saling berbagai jawaban
bila pertanyaan yang diajukan atau berbagi ide bila sebuah isu tertentu
diidentifikasi.biasanya guru memberikan waktu lebih dari empat atau lima
menit untuk berpasangan.
|
Fase III. Berbagi (Sharing)
|
Dalam langkah terakhir ini guru
memnta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan
bersama pasangan-pasangannya masing-masing,dengan seluruh kelas. Lebih
efektif bagi guru untuk berjalan mengelilingi ruangan, dari satu pasangan
kepasangan lain sampai sekitar seperempat atau separuh pasangan berkesempatan
melaporkan hasil diskusi mereka.
|
- Numbered Heads
Together (NHT). NHT atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Langkah-langkah
|
Tingkah
laku guru
|
Fase I. Numbering
|
Guru membagi siswa menjadi beberapa
tim beranggota tiga sampai lima orang dan membri nomor sehingga setiap siswa
pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5
|
Fase II. Questioning
|
Guru mengajukan sebuah pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan bisa bervariasi. Pertanyaan itu bisa sangat spesifik
dan dalam bentuk pertanyaan, seperti “ada beberapa negara bagian dalam uni
eropa?” mereka juga bisa direktif seperti pastikan bahwa setiap orang
mengetahui ibukota negara-negara yang batas-batasnya ada disamudra pasifik.
|
Fase III. Heads Together
|
Siswa menyatukan “kepalanya”untuk
menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya.
|
Fase IV. Answering
|
Guru memanggil sebuah nomor dan
siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat
tangannyadan memberikan jawabannya kehadapan seluruh kelas.
|
d.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. dan kemudian diadaptasi oleh Slavin (Slavin, 1995). Dalam
teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama temannya dalam menggali
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Untuk mencapai
hal tersebut, maka diperlukan langkah-langkah dalam pembelajaran di kelas.
Anita Lie (2005) mengemukakan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang terdiri :
1.
Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan pada setiap siswa
2.
Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai
topik yang akan dibahas
3.
Siswa dibagi dalam kelompok beranggotakan 4-5 orang
4.
Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa
yang kedua menerima bagian yang kedua, demikian seterusnya
5.
Siswa ditugaskan mengerjakan bagian mereka masing-masing
6.
Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dikerjakan
masing-masing. Dalam kegiatan ini siswa saling melengkapi dan berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya
7.
Diakhir kegiatan, dilakukan diskusi mengenai topik pelajaran yang dibahas
pada hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh
kelas.
Selanjutnya
Slavin (1995) mengemukakan aktivitas-aktivitas pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu:
1.
Membaca. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga
mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.
2.
Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang
sama bertemu dalam satu kelompok (kelompok ahli) untuk mendiskusikan topik
tersebut.
3.
Laporan kelompok. Ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan hasil
diskusinya kepada anggota kelompoknya masing-masing.
4.
Kuis. Siswa memperoleh kuis secara perorangan yang mencakup semua topik
permasalahan.
5.
Perhitungan skor kelompok dan menentukkan penghargaan kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw yang menonjol adalah adanya
kerjasama kelompok dalam memahami atau
mempelajari suatu materi yang berbeda-beda.
Jonhson & Jonhson (Tim Urge, 2000) mengemukakan model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran yaitu; (1) kemampuan akademik, (2) penerimaan perbedaan
individu, (3) pengembangan keterampilan sosial. Dari hasil analisis penulis
terhadap hasil penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dan berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika, didapat bahwa pelaksanaan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas terdapat beberapa kelemahan sebagai berikut:
1.
Siswa tidak terbiasa dengan teknik pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
2.
Alokasi waktu kurang mencukupi karena adanya perpindahan siswa dari
kelompok asal ke kelompok ahli dan dari kelompok ahli ke kelompok asal serta
ada tahap penjelasan ahli pada kelompok asal, diskusi kelompok ahli dan diskusi
kelompok asal.
3.
Pada waktu diskusi di kelompok ahli ada beberapa siswa yang mendominasi
kegiatan diskusi sedangkan siswa lain hanya mendengarkan dan mencatat.
4.
Tidak semua siswa melaksanakan kewajibannya untuk menjelaskan hasil
pekerjaannya dalam kelompok ahli kepada anggota kelompok asal
5.
Masih ada siswa yang kurang bertanggung jawab, khususnya saat diskusi
kelompok asal.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah sebagai berikut:
Tabel Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Fase-fase
|
Tindakan guru
|
Rincian Kegiatan
|
Tahap Pertama
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan tugas-tugas dan membentuk
kelompok-kelompok diskusi sesuai dengan karakteristik kooperatif tipe Jigsaw
|
-
Melakukan
apersepsi mengenai materi.
-
Memberikan motivasi dan mengarahkan siswa pada masalah.
-
Guru memaparkan pokok-pokok materi secara singkat
-
Guru memberi
tugas pada setiap siswa dikelompok asal.
-
Siswa yang
mendapat materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok ahli
-
Secara berkelompok
(kelompok ahli), siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
|
Tahap Kedua
|
Guru sebagai motivator, fasilitator dan nara sumber
|
-
Setiap siswa dikelompok ahli melakukan eksperimen sesuai tugas yang ada
dalam LKS untuk memecahkan materi tugasnya
-
Setelah melakukan eksperimen, setiap siswa di kelompok ahli saling
berdiskusi mengenai hasil yang diperoleh.
|
Tahap Ketiga
|
Guru
memotivasi siswa agar saling membantu dan membelajarkan
|
-
Setelah
mendiskusikan hasil eksperimen di kelompok ahli masing-masing siswa kembali
pada kelompok asal untuk menyampaikan hasil diskusinya kepada temannya di
kelompok asal.
-
Guru memberi waktu untuk diskusi kelas secara umum
|
Tahap Keempat
|
Guru
memberikan kuis, untuk memantau hasil belajar siswa
|
Teknik pengerjaan kuis
dilakukan secara individu dan tidak boleh bekerjasama
|
Tahap Kelima
|
Guru
menjelaskan tehnik pemberian skor individu dan kelompok agar siswa
termotivasi
|
Melakukan perhitungan skor diluar jam pelajaran
|
Tahap Keenam
|
Guru
mengulas kembali materi yang telah dibahas
|
Memberikan tugas (PR)
|

BAB
X
KONSEP PEMBELAJARAN ELEKTRONIK LEARNING
Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif bagi kemajuan
dunia pendidikan dewasa ini. Khususnya teknologi komputer dan internet, baik
dalam hal perangkat keras maupun perangkat lunak, memberikan banyak tawaran dan
pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran. Keunggulan
yang ditawarankan bukan saja terletak pada faktor kecepatan untuk mendapatkan
informasi namun juga fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih
menarik, visual dan interaktif. Sejalan dengan perkembangan teknologi internet,
banyak kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
ini.
Dengan adanya perkembangan dalam bidang pembelajaran sebagai mana
diuraikan diatas maka proses pembelajaran tradisional-konvesional yang terjadi
dalam ruangan kelas, pada eradesentralisasi dan globalisasi saat ini pelan
namun pasti akan mengalami mulai kehilangan bentuk. Di samping itu, dalam
kenyataanya pada skala yang lebih besar, kegiatan belajar
tradisional-konvensional membuntuhkan biaya yang cukup besar dalam penyiapan
infrastrukturnya (ruangan, laboratorium, perpustakaan, meubel, media
pembelajaran, dan lain-lain). Dengan kondisi seperti itu, maka dewasa ini
banyak bisa penyelenggara pendidikan mulai melirik penerapan konsep distance learning sebagai alternatif
pembelajaran yang dianggap lebih efektif dan efesien, terutama sekali sebagai
pengaruh munculnya pekembangan yang sangat pesat yang terjadi dalam bidang
teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi. Berbagai teknologi dan
aplikasi tercipta dalam upaya mendukung kegiatan operasional kehidupan manusia
maupun organisasi, termasuk kegiatan belajar dan mengajar.
- Pengertian teknologi dan informasi dalam
pembelajaran.
Istilah teknologi informasi lahir pada abad ke 20 yang diawali dengan
terbentuknya masyarakat informasi. Istilah teknologi informasi yang menggunakan
kata informasi, pada dasarnya sangat berkaitan dengan istilah TK (teknologi
Komunikasi) yang dikenal lebih dahulu. Kita melihat ada teknologi komunikasi
yang berfungsi sebagai penyaluran informasi, ada juga teknologi informasi
sebagai penyimpan dan pengelola informasi. Fungsi yang terakhir adalah
menyebabkan orang menyebutnya teknologi komunikasi sebagai teknologi dan
informasi.
Menurut Ricard Weiner dalam Webster New Dictiory and Communicasions
disebutkan bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan, pengeolahan dan
penyebaran sata oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi
lebih kepada pengerjaan terhadap data. TI menitik beratkan perhatian beratkan
perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan
komputer dan telekomunikasi.
Dengan demikian semakin jelas bahwa kelahiran istilah TI disadari
perkembangan teknologi penggolahan data. Apabila teknologi komunikasi merupakan
alat untuk menambahkan kemampuan orang berkomunikasi, maka teknologi
informasi adalah pengerjaan data oleh
komputer dan telekomunikasi. Pemisahan istilah ini secara moderat ditujukan
oleh organisasi sarjana komunikasi internasional yang mengelompokkan sarjana
komunikasi yang menekuni bidang teknologi informasi dalam difinisi “Communication and
Technology”, sedangkan sarjana komunikasi yang menekuni teknologi
informasi dikelompokakn kedalam devisi
sistem informasi (Abrar,2001).
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi merangkum semua aspek yang berhubungan dengan
mesin komputer dan komunikasi dan teknik yang digunakan untuk menangkap,
mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menghantar dan mempersembahkan suatu
bentuk informasi yang besar. Komputer yang mengendalikan semua bentuk idea dan
informasi memainkan peranan yang sangat penting (Munir, 2004).
Pada awalnya teknologi informasi
diartikan sebagai perangkat keras dan lunak untuk melaksanakan satu atau
sejumlah tugas pemerosesan data (Alter dalam Syam, 2004). Namun dalam
perkembanganya mendapat respon yang lebih luas, dengan demikian segala bnetuk
teknologi yang diimplementasikan untuk proses dan mengirim informasi dalam
bentuk elektronik, software pemroses transaksi perangkat lunak untuk lembar
kerja, peralatan yang dikomunikasi serta jaringan termasuk pada wilayah
teknologi informasi. Everett M. Roger dalam Syam(2004) menempatkan teknologi
informasi bukan hanya sebagai sarana fisik, namun dapat berfungsi sebagai yang
merumuskan nilai-nilai sosial bagi para pemakainya.
Terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada definisi E-Learning diantaranya :
1. E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank
of America Securities)
2. E-Learning menggunakan kekuatan dan
jalinan kerja, terutama terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga dapat
terjadi dalam jalinan kerja stelit dan pemuasan digital untuk keperluan
pembelajaran (Ellit Tronsen).
3. E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknonogi untuk
mendesian, mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Ellit Masie).
4. E-Learning
adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet
(Cisco System).
5. E-Learning adalah dinamik, beroprasi pada waktu yang nyata,
kolaborasi, individu, konprehensif (Greg Priest).
6. E-Learning adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik
termasuk internet, internet extranet, satelit broadcast, audio/video tape,
televisi interaktif dan cd-rom (Cornelia Weagen).
7. E-Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web
untuk membuat, mengirim, dan menfasilitasi pembelajaran ( Robert Peterson dan
Piper Jafray)
8. E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk
pembelajaran dimanapun dan apapun (Arista Knowledge System).
Pada akhirnya
elektronik learning dapat didefinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar
yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas dalam hubungan
tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar